Jumat, 10 Februari 2023

Bangunan Pertama Kraton Kasunanan

 

Sha Mantha


Oleh Sha Mantha

Tewasnya  10.000 Etnis Tionghoa di Pulau Jawa

Akibat geger pecinan yang dikomandoi oleh Gubernur Jenderal Valckenier VOC di Batavia pada 7 Oktober 1740

Turut meruntuhkan Ibukota Negara yang berada di Kraton Kasunanan Kartasura Jawa Tengah

Pakubuwana II
Putra Amangkurat IV Raja ke-8 Kesultanan Mataram (1719 – 1726)
dengan permaisuri (GKR. Kencana)

Lantas membeli sebidang tanah pada seorang Lurah bernama Kyai Sala guna memindahkan Negara Mataram yang saat itu rusak dan porak-poranda

Dan membuat arak-arakan meriah berupa Boyong kedhaton dari Kartasura menuju ke Desa Sala, sebagai simbolis perpindahan Istana Negara, pada 17 Februari 1745

Sedangkan pemerintahan dijalankan dari Ponorogo Jawa Timur

Bersama Kebo Kyai Slamet hadiah dari Bupati Ponorogo


Jenis Kerbau ini untuk ritual tolak bala berupa Upacara Adat, semisal Larung Ke Pantai Parangkusumo maupun dilarung ke Ndlepih, dalam tradisi tahunan, Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat


Pakubuwana II
Memutuskan berangkat meninggalkan Ponorogo menuju desa Sala, dengan menunggangi gajah kesayangannya, guna mencari titik lokasi Kraton Kasunanan yang hendak dibangunnya

Setiba di Sriwedari


Stadion Sriwedari
Jl Slamet Riyadi, Penumping Surakarta Jawa Tengah


Kebo Kyai Slamet berhenti di sebuah sumber mata air

Pakubuwana II kemudian turun dari atas punggung Gajah tunggangannya dan memutuskan untuk beristirahat beberapa saat

Namun saat bersiap hendak melanjutkan perjalanan

Kebo Kyai Slamet malah berkelahi dengan Gajah tunggangannya hingga terperosok dikubangan air

Karena geram kesulitan melerai perkelahian kedua hewan kesayangannya

Pakubuwana II seketika memotong salah satu telinga Kebo Kyai Slamet

Dan memerintahkan hewan kesayangannya tersebut, beranjak meninggalkan Sriwedari

Setelah berjalan beberapa kilometer, tepat  di Gladak - Saat ini - Batas Pohon Beringin Kembar batas jalan masuk / keluar menuju sisi alun-alun Utara


Gladak
Jl. Slamet Riyadi Surakarta Jawa Tengah


Kebo Kyai Slamet kembali berhenti dan enggan untuk bergerak


Arca Gladak
 Patung Penjaga Gerbang Utara
Pintu Gapura Masuk Bangunan
Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat


Maka oleh Pakubuwana II
Diputuskan saat itu juga, bahwa di titik inilah, lokasi pembangunan Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat ditentukan

Menggantikan Ibukota Negara Mataram yang lama dan telah rusak, sebagai pusat pemerintahan Negara Jawa berikutnya

Mengingat masih belum ada apa-apa di wilayah Ibukota baru

Pangeran Mangkubumi, kakak kedua Pakubuwana II , yang lahir dari selir Amangkurat IV bernama Mas Ayu Tejawati


Ndalem Purwodiningratan
Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat


Merancang sebuah Produk arsitektur Bangunan Jawa Murni abad ke-18 yang dikhususkannya sebagai kediaman Pakubuwana II
Selaku Raja Kesultanan Mataram Ke-9  ( 1726-1742 )
Sekaligus Raja Terakhir Kasunanan Kartasura dan Raja Pertama Kasunanan Surakarta Hadiningrat ( 1745-1749 )


Ndalem Purwodiningratan
Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat


Pangeran Mangkubumi
Merepresentasikan unsur tradisional  arsitektur Kerajaan Jawa, baik dari aspek tata ruang, tampilan bangunan, bahan bangunan maupun struktur bangunan; Pendopo, Pringgitan serta Ndalem


Ndalem Purwodiningratan
Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat


Di dalam bangunan Ndalem, terdapat; Gandhok Kiwo dan Gandhok Tengen

Sedangkan Gandhok Tengah/Krobongan dari Ndalem Purwodiningratan menjadi bagian yang disakralkan dan difungsikan sebagai tempat pemujaan pada Dewi Sri/
Ibu Bumi - Tempat Segala Pangan Serta Tetumbuhan Berasal yang di lambangkan dengan Sapi / Yoni, simbol / tempat Kesuburan berasal

Setelah perjanjian Giyanti tahun 1755
Pangeran Mangkubumi yang mendapat wilayah alas Mentaok, kemudian mendirikan Kesultanan Yogyakarta dan menjadi Sultan Pertama bergelar Sri Sultan Hamengkubuwana I (1755-1792)

Sebagaimana Bangunan pertama yang ada di Komplek Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, di saat-saat pembangunan Kraton dilakukan


Ndalem Purwodiningratan
Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat


Rumah ini turut pula digunakan sebagai basecamp pekerja serta tempat material bangunan

Dan menjadi tempat tinggal Pangeranan Purwodiningratan, yang di kemudian hari dikenal sebagai Ndalem Purwodiningratan dan berdiri di dalam komplek Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat 

Tanpa mengurangi nilai-nilai tradisi Jawa yang telah dibangun oleh pendahulunya

Di era ISKS Pakubuwana X (1893-1939)

Kraton Kasunanan Surakarta
Direnovasi menjadi lebih megah dengan sedikit sentuhan arsitektur Eropa

Seiring waktu 278 tahun pun berlalu

17 Februari 1745-17 Februari 2023

Kemegahan Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat di Desa Sala, tersisa bangunan usang yang digerus oleh zaman

Disaksikan bangunan rumah ini, yang masih tetap kokoh berdiri, walau suram tak tersentuh

Air mata yang berasal dari rasa sakit, bernilai satu juta cahaya - KS

Peraturan tentang Cagar Budaya Yang Membatasi - Pada akhirnya hanya sampai pada ketidakjelasan akan nasib bangunan-bangunan bersejarah di Indonesia

Sehingga Cagar Budaya menjadi tidak terawat dan rusak

Segera Revisi Undang-Undang Cagar Budaya

Dan Lindungi Situs-Situs Bersejarah di Indonesia

Revitalisasi sama dengan menyesuaikan usia dari bangunan

Memperbaiki sama dengan tidak merusak nilai-nilai historis didalamnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

INDIKATOR

  Di Tulis oleh Editor  In Frame Sha Mantha                                     Photo Taken by Ruang Kosong 303        Adakah dari Rakyat te...