Tampilkan postingan dengan label Bisnis. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bisnis. Tampilkan semua postingan

Jumat, 01 Maret 2024

Ekonomi Kerakyatan Sehatkan Bisnis

 Ditulis Oleh Editor


In Frame Sha Mantha
Photo Taken by Lawerrisa 



Industrialisasi telah mengubah cara orang dalam bertindak maupun berpikir

Tak sedikit Pelaku Industri, kurang mempertimbangkan dampak Limbah Industri terhadap lingkungan.

Dengan beberapa Perusahaan, yang hanya fokus terhadap Ekonomi dan Sosial saja.

Hal ini pula yang mendorong produksi massal tumbuh lebih besar disertai biaya produksi tinggi.

Demi memenuhi standar peraturan, tak sedikit pihak Perusahaan yang bahkan menyewa pihak ketiga untuk mengolah Limbah dan Sampah Perusahaannya.

Sedangkan setiap Perusahaan bertanggungjawab terhadap ekologi dengan cara mengelola Limbah Perusahaannya sendiri.

Untuk mengolah limbah industri, harus memiliki izin khusus berikut sertifikasi, karena apapun yang disebut limbah industri, masuk kategori B3.

Saat ini Kami masih kurang tertarik masuk ke limbah industri dengan ukuran besar.

Terkecuali pihak perusahaan sendiri yang berkesadaran untuk mengolah limbah industri perusahaannya secara mandiri dan memiliki konektifitas yang baik dengan pemilik perusahaan yang bersangkutan.

Perusahaan tersebut juga mesti rutin cek ke laboratorium, untuk membuktikan bahwa limbahnya sudah ramah lingkungan, bukan menempuh jalur dengan membayar pihak ketiga dalam kepengurusan izin dan sertifikasi.

Tujuannya untuk diberikan kepada pihak pemerintah per-periode uji limbahnya, bahwa sudah terbukti sehat.

Meski demikian, bukan lantas membatasi diri dan keluar dari rel visi pelayanan terhadap Masyarakat luas saat ini.

Dengan skala yang tidak terlalu besar.

Kami juga berperan dalam mengelola limbah industri coklat, serta salah satu rumah sakit swasta di kota Bandung, Prov. Jawa Barat dan rumah sakit swasta lainnya yang menyebar di penjuru kota besar di Indonesia.

Kami menjaga koneksi dengan cara terhubung  langsung dengan pemilik perusahaan, mengingat banyaknya mafia di bawah payung perusahaan, yang mempermainkan Tekhnologi kami, dengan membandingkannya dengan tekhnologi lain yang sudah dipersiapkan sejak  jauh-jauh hari.

Kemudian memilih dan menggantinya dengan tekhnologi yang lebih menguntungkan ekonomi pribadi pihak-pihak tersebut, diluar permintaan dan tawaran perusahaan yang sebelumnya telah disepakati bersama kami.

Alasan kami sederhana saja, misi Ketahanan Pangan Terintegritas, akan lebih tepat guna, apabila kami keluar dari radar, sehingga dapat diaplikasikan secara langsung tanpa harus menganggu industri besar.

Secara general

Tekhnologi Bio Compound mengatasi seluruh masalah Alam Semesta.

Dengan biaya yang lebih rendah, menggunakan bahan Alami, cepat dan aman, untuk penggunaan dalam Jangka panjang.

Tekhnologi Bio Compound memungkinkan untuk digunakan pada Bahan Kimia serta Limbah berbahaya pada industri Pangan.


 

uji coba air limbah serta lumpur Pabrik Choco di wilayah Bandung Prov. Jawa Barat, Indonesia 

 

Kami Melakukan uji coba air limbah serta lumpur Pabrik Choco, menggunakan beberapa Parameter.

Dan hasilnya :

Tes Air Limbah

STANDARD     :  pH 6,9 ; coliform 10.000 jml/100 ml ; TSS 400-BOD 150-COD 300

( Semua dalam Mg/L )

 

 

uji coba air limbah serta lumpur Pabrik Choco di wilayah Bandung, Prov. Jawa Barat, Indonesia 



SEBELUM         : pH 9,93 ; coliform 11.000 ; TSS 3.072-BOD 223,983-COD 44.086


 

uji coba air limbah serta lumpur Pabrik Choco di wilayah Bandung, Prov. Jawa Barat, Indonesia 




SETELAH          : pH 8,56 ; coliform 94 ; TAS 10+BOD 4.82 - COD 9.03



 

uji coba air limbah serta lumpur Pabrik Choco di wilayah Bandung, Prov. Jawa Barat, Indonesia 



Toxicity Characteristic Caaching Procedure pada uji coba Lumpur menunjukan jika semua hasil parameter kurang dari 0, kurang dari 0,03 mg/L untuk Pb dan kurang dari 0,0004 mg/L untuk Hg.



uji coba air limbah serta lumpur Pabrik Choco di wilayah Bandung, Prov. Jawa Barat, Indonesia 


 


Kami menggunakan Lumpur untuk menanam tanaman dan hasilnya sangat bagus.

Setelah dikombinasikan dengan Tekhnologi Bio Compound dan Pupuk Kandang dari Kotoran Sapi.

Diperlukan uji coba Laboratorium lebih lanjut untuk membuktikan tanaman tersebut dapat di Konsumsi atau tidak.

Kamis, 29 Februari 2024

Tanam Tanpa Olah Tanah

 Oleh Songsong Echo Product 

Bio Tekhnologi Modern Indonesia 


Cirebon - Apa Itu Metode Tanam Tanpa Olah Tanah?

Metode ini, dapat diaplikasikan di semua jenis tanah, bahkan di lantai ubin sekalipun.

Kesimpulannya, kita membuat unsur Hara sendiri, sebanyak yang dibutuhkan tanaman untuk hidup tercukupi kebutuhan unsur-unsur agar sehat.

Bahan utamanya, media tanam yang berasal dari cacahan sampah organik dengan bantuan konsorsium mol Bio Compound ( BC ) yang disemprotkan secara merata.



Pelatihan di Desa Sindangjawa, Kec. Dukupuntang, Kab. Cirebon, Prov. Jawa Barat, Indonesia 



Warga setempat, berhasil mengolah kembali lahan yang semula sulit untuk ditanami.

Melalui Pendampingan Mitra Kami di Cirebon, lahan tersebut dapat kembali produktif.

Dengan cara di ubah menjadi demplot tanaman Jagung, melalui pemanfaatan:

* Biji Jagung Popcorn 

* Sampah organik

* Media tanam, terdiri dari:

- Kotoran Ayam

- Kotoran Kambing

- Jerami

- Batang Pisang yang telah di olah menggunakan tekhnologi Konsorsium MOL

Dengan memanfaatkan biji Jagung Popcorn sebagai benih yang paling mudah ditemui.

Petani mampu bekerja lebih efisien menggunakan Metode Tanam Tanpa Olah Tanah ( TOT ).

Masa panen lebih cepat, serta kualitas hasil panen yang lebih baik.

Saat ini, lahan ditanami Melon dan Cabe Rawit.

Prinsipnya;
Panen 100 Kg ( Seratus Kilogram ) tinggal menambahkan minimal 100 Kg ( Seratus Kilogram ) sampah organik yang diolah menggunakan Tekhnologi Bio Compound

1 Hektar lahan, menghendaki hasil Panen 10 ton ( Sepuluh Ton )

Maka cukup menambahkan minimal sebanyak 10  ( Sepuluh ) ton media tanam, yang di olah menggunakan Tekhnologi Bio Compound dengan minimal takaran 10 ( Sepuluh) liter saja


Rabu, 28 Februari 2024

Berdayakan Kembali Beternak Sapi

 Ditulis Oleh Editor

 

In Frame Susi Ambar Rukmi
Photo Taken Anom
Lokasi : Candi Sukuh, Desa Ngargoyoso, Lereng Gunung Lawu, Kab. Karanganyar, Prov. Jawa Tengah, Indonesia 




Jepara - Peternak Sapi Perah rumahan di kawasan Lembang, Bandung, Prov. Jawa Barat, Indonesia.

Mengalami kesulitan untuk mengolah Limbah dari 3000 ( Tiga Ribu ) ekor Sapi Perah miliknya.

Sedangkan dari 1 ekor Sapi menghasilkan 16-20 kg kotoran setiap harinya.

Selain itu

Peternak juga belum mampu mengatasi aroma tak sedap yang berasal dari kotoran Sapi, rasa panas, lamanya proses, serta tekhnologi untuk mengolah limbah Sapi miliknya.

Sebagian Peternak mengolah limbah peternakannya sebagai Pupuk Kandang, sebagian menjadi Biogas, sementara sisanya di buang ke saluran air sungai dan di tumpuk di lahan kosong.

Sedangkan kotoran Sapi sebanyak itu, dapat dimanfaatkan dengan tepat, menggunakan metode ekologis.



Ternak Sapi Rumahan Milik Seorang Warga Desa di Wilayah Lembang, Bandung, Prov. Jawa Barat, Indonesia 



Dengan Tekhnologi Bio Compound

Peternak Sapi tidak perlu menunggu selama berminggu-minggu maupun berbulan-bulan untuk mengolah limbah dari hewan ternaknya.

Kotoran dapat dimanfaatkan seketika sebagai media tanam dalam waktu 5-7 Jam.

Melalui proses dan mesin tertentu, limbah kotoran hewan ternak, dapat disimpan dalam bentuk kering dan menambah nilai ekonomi.

Sekaligus dapat digunakan sebagai campuran minum serta pakan untuk hewan ternak, sehingga sistem imunitas lebih baik tanpa perlu antibiotik mahal.

Kotoran hewan menjadi lebih berkualitas, tidak berbau serta lebih lembut karena tercerna dengan baik.

Bila olahan kotoran Sapi diaplikasikan ke tanah sebagai media tanam dan Pupuk.

Akan berkurang kandungan gulmanya, dengan kandungan maksimal cNK.

Metode Naive Bayes dan K Nearest Neighbor memiliki kelemahan yang berlawanan:

* Metode Naive Bayes memiliki kelemahan dalam mengatasi atribut dengan tipe data numerik.

* Sedangkan K Nearest Neighbor memiliki kelemahan dalam mengatasi atribut dengan tipe data kategorik.

Metode kombinasi Naive Bayes dan K Nearest Neighbor (cNK) adalah sebuah metode yang bertujuan meningkatkan performa dari kedua metode penyusunnya, yakni Naive Bayes dan K Nearest Neighbor, dengan menutupi kelemahan dari masing-masing metode.

Dari hasil analisis dengan menggunakan tiga buah data set yang berbeda diperoleh kesimpulan bahwa:

Metode cNK memiliki akurasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode Naive Bayes dan K Nearest Neighbor.

Sehingga bermanfaat bagi tanah dan tanaman.

 

Berdasar hasil uji coba Tim Ahli Tekhnologi Bio Compound di lapangan 

Sumber data tambahan :

Kepustakaan Universitas Gadjah Mada, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia - Diah Ayu Setyaningsih, Prof. Dr. rer. nat. Dedi Rosadi, M.Sc

MUA & Hair do by : 

AMBAR MAKE UP ARTIST INDONESIA 

Wardrobe :

Panti Budoyo by Solo Bagyo, Kota Surakarta, Prov. Jawa Tengah, Indonesia 





Minggu, 25 Februari 2024

Mari Membuat Sesuatu

 Ditulis Oleh Editor


In Frame Susi Ambar Rukmi 



Pada hakekatnya, setiap orang mencoba mendapatkan peruntungannya melalui cara yang berbeda-beda.

Alam tidak selalu menjanjikan keuntungan, tetapi yang jelas.

Alam selalu memberi apapun yang Manusia butuhkan, tanpa pernah meminta imbalan apa-apa.

Kita hanya perlu berterima kasih kepada Alam, dengan cara merawat lingkungan, mengolah kembali sampah-sampah yang Manusia hasilkan, agar kembali berdayaguna bagi seluruh Makhluk hidup yang ada.

Kita tidak harus menunggu sesuatu datang terlebih dahulu baru bahagia.

Tetapi mengubah cara kita dalam berpikir dengan menyederhanakan pola pikir kita, maka disitulah letak keajaibannya.

Dalam sekejap, pikiran seseorang dapat berubah - ubah, tetapi hati, akan tetap sama. 

Itulah keseimbangan hidup yang menghidupkan.

Untuk itulah tidak ada satupun Manusia yang dapat hidup sendirian di Bumi.

Semua saling memiliki keterikatannya masing-masing, terkoneksi, bahkan dengan alam semesta itu sendiri.

Sejak Dunia dijadikan, jadilah jadi maka terjadilah kejadian/peristiwa.


Olah Sampah Rumah Tangga



Sosialisasi Sampah Tingkat Rumah Tangga, di wilayah Pamulang, Tangerang Selatan, Prov. Banten, Jawa Barat, Indonesia 


Dalam rangka pelatihan olah sampah organik menjadi Media tanam menggunakan Teknologi Bio Compound.

Tim kami memberi pelatihan pada siapapun yang bersedia mengubah pola gaya hidup konvensional menjadi ekologis serta mengubah cara dalam berpikir.

Warga setempat antusias mengikuti pelatihan dengan membawa sampah organik dari dapur masing-masing.

Dan mengolahnya kembali menjadi Media Tanam dalam waktu beberapa jam, untuk dibawa pulang kembali oleh warga setempat seusai pelatihan, guna diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari, seperti untuk bertani, merawat tanaman dan lingkungan hidup sekitar.



Warga membawa kembali bibit tanaman yang telah mereka tambahkan campuran media tanam yang mereka buat, dari hasil mengolah limbah sampah organik rumah tangganya


Sehingga tidak ada lagi sampah organik yang berasal dari dalam rumah tangga, yang keluar lagi dari rumah warga sekitar.


Aplikasi Tekhnologi Bio Compound Pada Kebun Tomat


 

Pak Made, Petani Tomat di Wilayah Lembang, Bandung Prov. Jawa Barat, Indonesia 



Pak Made seorang Petani buah Tomat rumahan di wilayah Lembang, Bandung Jawa Barat.

Berpikir terbuka dalam mengembangkan Pengetahuannya dengan mengaplikasikan eksperimen secara mandiri serta perilaku sederhana untuk bekerjasama dengan Alam.

Ia mengolah tanah pertanian miliknya, mulai dari penyemaian, hingga perawatan tanaman, menggunakan sampah organik yang dicampurnya dengan menggunakan Tekhnologi Bio Compound.



Kebun Tomat milik Pak Made di wilayah Lembang, Bandung Prov. Jawa Barat, Indonesia 



Dari 1000 bibit yang di tanamnya

Ia seketika mendapat keuntungan dari hasil eksperimennya tersebut :

* Tiap 1 Pohon Tomat menghasilkan 5 kg Tomat dengan berat rata-rata 200 gram hingga 1 Kg

* Hasil panen tahan lama saat disimpan dalam suhu ruang, serta

* Dapat bertahan selama 30 hari, dan

* Buah Tomat yang jatuh, bijinya telah berkecambah

* Dengan 65 hari usia panen yang lebih cepat dari 80 hari masa panen sebelumnya

 


Buah Tomat hasil eksperimen menggunakan Tekhnologi Bio Compound dari kebun milik Pak Made di wilayah Lembang, Bandung, Prov. Jawa Barat, Indonesia 


 


Dimana sebelum menggunakan Tekhnologi Bio Compound :

Dari 1000 bibit Tomat yang ditanamnya, terdapat sebanyak 250 bibit yang mati terserang Hama.

Namun setelah Ia menggunakan Teknologi Bio Compound, hanya ada 11 bibit tanaman Tomat miliknya yang mati terserang Hama.

Sedangkan Tomat hasil panen tanpa penggunaan Teknologi Bio Compound maksimal dapat disimpan selama 14 hari.

Saat ini Pak Made tengah melakukan uji coba tanam Biji buah tomat yang jatuh, guna memastikan biji dapat menghasilkan turunan dengan kualitas yang sama atau tidak.

Ia pun tak segan berbagi ilmu dengan Petani lain.

Berspekulasilah dan hidup

Kita tidak akan pernah tau hasil, tanpa pernah mencobanya.

Sabtu, 24 Februari 2024

Bunga Desa

  Ditulis Oleh Editor


In Frame Sha Mantha
Photo Taken by Ngusman Solo



Bandung - Potensi Perkebunan Bunga di Indonesia, masih minim peminat serta lirikan dari para Petani, yang pada umumnya masih menyukai Palawija sebagai Produk hasil Bumi.

Selain Pasar Bunga yang masih terbatas diluar kebutuhan pokok.

Nilai Bunga masih dipandang lesu dikarenakan perlakuan Pasar yang berbeda, sebagaimana perlakuan Pasar Palawija yang dinilai berkecenderungan menjangkau konsumen secara meluas dan tak kenal batas.

Padahal jika Petani mau mengulik keistimewaan Bunga, terbuka peluang usaha yang jauh lebih besar peruntungannya.

Tentu dibutuhkan keberanian berspekulasi dalam bisnis.

Sebagaimana mata rantai bisnis yang sesungguhnya, berkaitan erat dalam suatu jaringan yang bersifat saling mengikat suatu jalinan hubungan yang kuat pada banyak hal lini kehidupan.

Seperti halnya relasi bisnis, maupun dalam hubungan berpasangan, pertemanan, hubungan kekeluargaan, kelahiran, kematian, serta simbol-simbol lainnya pada kehidupan keagamaan.

Selain sebagai bentuk perwujudan penghormatan terhadap Leluhur, Guru, para pendahulu, kakek nenek Moyang, dan banyak pemaknaan lainnya, yang tak kalah luas jangkauannya dari Pasar Palawija. 

Namun demikian, setiap tanaman adalah unggul, di mulai dari tanah tempatnya tumbuh, benih dimana semesta menyemai, hingga berbunga, bahkan saat berbuah dan ber-rasa.

Sebab makanan bukan hanya terletak pada Jasmaniah saja tetapi juga Jiwa perlu makanan-makanan Roh/Spirit, guna menghidupkan Semesta.

Tentu kepuasan batin tiada mengenal batas, sebagaimana Manusia adalah makhluk yang bebas, yang memiliki kehendak bebas.

Bahkan jika rasa tidak bahagia harus muncul dan membuat Cinta harus bersedih, maka biarkanlah.

Untuk hidup, segala sesuatu harus utuh.

Ada Yin dan ada Yang

Maka terjadilah kejadian/suatu peristiwa.

Seluruhnya membutuhkan dualitas, begitulah guna menikmati Dunia.

Ada siang dan ada malam, untuk terjadinya hari, adanya peristiwa dalam satu hari.

Ada gelap dan ada terang, untuk terjadinya suatu kejadian.

Ada dingin dan ada panas, maka terjadilah suhu / temperatur.

Ada benar dan ada salah, untuk suatu teladan yang perlu di contoh, agar tidak salah dalam berperilaku hidup.

Ada atas dan ada bawah, ada kuat dan ada lemah, ada kanan dan ada kiri.

Sebab begitulah adanya dualitas yang dibutuhkan untuk terjadinya peristiwa keseimbangan Alam Semesta Raya.

Itulah ilmu Kenyataan yang Sejati, bukan ilmu angan-angan.

Kenyataan yang Sejati

Tidak berubah tetap demikian adanya

Sebagaimana mestinya

Dulu sekarang sampai selama-lamanya

Kenyataan yang sejati, sudah semestinya dan demikian adanya

Sebelum Pikiran Saya lahir

Bahkan setelah Saya dan Pikiran Saya, sudah tidak ada lagi di dunia ini.


Aplikasi Tekhnologi Bio Compound Pada Kebun Mawar



Pak Agus, Petani Bunga Mawar Lembang, Bandung, Prov. Jawa Barat, Indonesia 



Perkebunan Mawar rumahan milik Pak Agus di wilayah Lembang, Bandung Prov. Jawa Barat.

Sebelum Menggunakan Tekhnologi Bio Compound :

Menghasilkan 300 Karangan Bunga terjual.

 

 

Kebun Bunga Mawar milik Pak Agus di daerah Lembang, Bandung Prov. Jawa Barat, Indonesia 



Sepanjang 6 Bulan masa panen, yang dalam sebulan, terdapat:

* 3-4 Bunga dalam 1 batang berkualitas A dengan panjang kurang dari 80 cm

Berharap perubahan datang dengan hasil yang lebih baik.

Pak Agus kemudian mencoba mengaplikasikan penggunaan Tekhnologi Bio Compound pada Kebun Mawarnya.

Yangmana sebelumnya, hanya menambahkan media tanam tiap satu tahun sekali.

Ia pun mulai menambahkan Media Tanam yang berasal dari:

* Olah sampah organik, yang dicampur dengan

* Tekhnologi Bio Compound

Melalui Metode Penggunaan Sederhana

Pak Agus mengaplikasikannya, setiap satu bulan sekali, dengan cara:

* Meletakkannya, 20 cm di atas permukaan tanah

Campuran Tekhnologi Bio Compound, menstimulasi pertumbuhan akar baru sekaligus mencegah Hama pada akar.

Serta menghasilkan perkecambahan yang lebih cepat.

Dalam 2,5 bulan : 

* Terjual 1000 karangan bunga mawar

* Nilai Produksi naik sebanyak 300%

* Biaya Produksi turun hingga 50%

* Bunga berwarna lebih cerah

* Ukuran Bunga yang lebih besar dari sebelumnya

Bahkan Dalam satu batang pohon Mawar ditumbuhi :

* 8-10 Bunga

* 100 meter panjang batang ber grade A+

Sehingga Bunga tetap segar, setelah cukup lama dipetik.

Masih tidak tertarik mencoba peruntungan berkebun Bunga?

Jika berubah pikiran, tim ahli kami, siap melayani dengan memberikane pelatihan, secara lebih spesifik, sederhana dan tepat guna.

Selamat bergabung dalam kompetisi!




Jumat, 23 Februari 2024

Potensi Kopi Indonesia di Pasar Internasional

 Ditulis oleh Editor

 

Susi Ambar Rukmi
                         Photo Taken by Rocky Pandapotan  
 
 


Biji Kopi Indonesia memiliki 33 varietas terbanyak di Dunia.

Dimana dalam setiap satu varietasnya, menghasilkan kualitas rasa yang berbeda, menyesuaikan kondisi tanah, tempat Ia tumbuh.

Sehingga dalam setiap biji-biji Kopi dari Varietas tersebut, memiliki keunikannya masing-masing, seperti rasa asam, sedikit asam, dan sangat asam, dari satu varietasnya saja.


 

Biji Kopi Indonesia 



Begitupun cara menikmati Kopi

* Bagi penikmat Kopi Sejati

Mereka berkecenderungan meminum kopi tanpa menambahkan apa-apa, agar tidak merusak rasa.

Selain menyaring bubuk biji kopi guna memisahkan ampasnya, kemudian menyeduhnya ke dalam air mendidih, baru menuangkannya ke dalam cangkir dan meminumnya sedikit demi sedikit di beberapa aktivitas si penikmat.

* Bagi penikmat Kopi paling tradisional

Meski tidak menambahkan gula sebagai bahan campurannya.

Para tua-tua terdahulu, memiliki cara unik dalam menikmati biji-biji Kopi yang telah disangrai bersama campuran irisan kelapa, maupun cengkeh dan juga beras.

Kemudian kesemua bahan ditumbuk hingga halus, baru setelah itu direbus dan diseduh ke dalam gelas, dinikmati bersama bubuk ampas air seduhan Kopi.

Sosial Budaya  

Selain untuk menghalau rasa kantuk, minum Kopi membudaya di kalangan Masyarakat pekerja kelas menengah atas, yang sehari-hari bekerja di kantor - kantor Perkebunan yang menyebar di penjuru wilayah Indonesia.

Kopi sangat umum dihidangkan sebagai air suguhan bagi tamu di kalangan para pekerja kantor perkebunan yang notabene kaum priyayi intelektual Jawa penyuka rasa Kopi manis.

Sehingga Kopi tidak mengenal sekat batas status sosial ekonomi, sekaligus dapat dinikmati secara bebas dan terbuka oleh pekerja kelas bawah seperti halnya para Buruh, Petani, maupun Pekerja Perkebunan kasar, yang juga memiliki kecenderungan meminum Kopi dicampur gula.

Sehingga menikmati Kopi, dapat menjaga hubungan antara Budak Fisik dengan Budak Ekonomi.

Dimana Budak Ekonomi mendapatkan tempat tinggal dan fasilitas-fasilitas didalamnya.

Sedangkan Budak Fisik, memperjuangkan sendiri kepemilikan atas seluruh assetnya.

Sekalipun para Investor, baik itu Kapitalis dan Sosialis, memegang peranan dalam kontrol Kekuasaan Pemerintahan.

Keduanya tidak mampu merubah apapun atas hubungan tersebut.

Kesimpulannya

Ada dan tidaknya si Miskin maupun si Kaya.

Kopi bukan benda yang dapat di Monopoli perdagangannya, sekalipun strategi pemasaran dan tengkulak berupaya merusak harga dipasaran.

Sebab pada kenyataannya

Semua orang mampu menikmati secangkir Kopi bahkan berbagi secangkir Kopi dengan teman yang lain.

Lalu apa yang dilakukan Petani ketika mempunyai ladang tandus dan tidak menghasilkan pendapatan?

Ia tidak mengeluh tentang hal itu

Tapi Ia keluar, mulai menanam benih, karena tidak akan terjadi apa-apa, sebelum dia menanam benih tersebut.

Segala sesuatu dalam hidup dimulai dari benih; dalam relasi, pernikahan, bisnis, dll.

Dan tidak akan terjadi apa-apa sampai benih itu ditanam.

Inilah prinsip menabur dan menuai.

Kapan pun kamu memiliki kebutuhan, tanamlah benih, yaitu hidupmu dan yang ada didalamnya, lalu garap dalam anugerah Semesta.

Maka melalui tindakan ini.

Semesta akan berkahi dan membuahkan hasil dalam hidupmu.



Dokumentasi Songsong Echo Product 



 

Pak Yosef, Petani Kopi rumahan di wilayah Lembang, Bandung Prov. Jawa Barat, contohnya.

Ia mengolah lahan Kopi seluas 6 hektare miliknya, yang terdiri dari 12.000 pohon Kopi varietas Caturra dan Typica, dengan hasil Produksi sebanyak 1-2 ton Kopi, pertahunnya.

Untuk olah tanah serta perawatan Pohon Kopi miliknya, Pak Yosef menggunakan Tekhnologi Bio Compound.

Dalam beberapa bulan mulai terlihat perubahannya.

Tiap 1 Pohon Kopi ditumbuhi 100 ranting dengan 1 Tandan berbuah sebanyak 30 butir.

( 18 butir pada umumnya)

Terdiri 500-550 Butir Biji Kopi dari jumlah umum perkilonya.

Menjadi 600-650 Butir Biji Kopi saat ini, serta menghasilkan kualitas biji Kopi yang lebih keras dan padat.

Serta masa hidup Pohon lebih panjang karena Pohon mendapat Nutrisi sesuai kebutuhan.

Melalui metode Perawatan dengan cara menyemprotkan Tekhnologi Bio Compound ke tanah serta daun.

Akar tumbuh sehat, tanpa Hama dan  jamur

Sementara untuk Pupuk

Pak Yosef memanfaatkan Limbah Kopi, Urin Sapi, plus Kotoran ayam serta gabah kering.

Ia pun tak segan berbagi Ilmu dan Nutrisi yang telah dibuatnya pada Petani lain.

Dengan harapan, semakin banyak Petani yang mampu mengolah limbah secara mandiri dan terus meningkatkan Jumlah serta Kualitas hasil Panennya.

Dari Jumlah Kelompok Tani yang terus bertambah, aplikasi penggunaan Tekhnologi Bio Compound secara otomatis turut menyebar dengan cepat.

Senin, 19 Februari 2024

Tanam Singkong 5 Bulan Panen


Ditulis oleh Editor


In Frame Sha Mantha
Photo taken by Puguh Rata Widura



Bandung - Tanam Singkong 5 bulan Panen

Menjadi jalan alternatif, di tengah kendala minimnya Lahan Pertanian di Indonesia.

Belum lagi tantangan dan beberapa faktor lain, seperti:

* Lahan tidak produktif

Mengolah Kembali Lahan Tidak Produktif

Kita kerap kali lupa darimana asal bahan Pangan yang kita konsumsi setiap hari.

Seperti apa saat di tanam, bagaimana cara merawatnya, diproses hingga dihidangkan di Meja Makan.

Lupa dengan budaya Makan, mengingat begitu mudahnya menjumpai berbagai bahan Pangan, di Pasar Swalayan maupun Pasar tradisional.

* Gagal Panen

Belakangan ini, banjir bandang melahap ratusan hektar lahan tanaman Padi siap panen di 4 wilayah kabupaten Prov. Jawa Tengah, 5 hari sebelum dilaksanakannya Pemilu Pilpres periode 2024-2029 yang jatuh pada 14 February 2024 lalu.

Bukan sesuatu hal yang mengagetkan, ulah Manusia jugalah, rupa-rupa bencana alam diciptakan, sebagai bentuk unjuk rasa ketidakpuasan atas sesuatu hal.

Berdalih kekhawatiran akan jebolnya pintu bendungan hilir yang berada di area Kedung Ombo, wilayah Kab. Boyolali Prov. Jawa Tengah.

Dengan dalih hujan mengguyur selama beberapa hari, sebagai pijakan dalam suatu tindakan, tak beradab, yang dilakukan secara sadar dan menyengaja, tanpa memikirkan dampak terhadap lingkungan sekitar.

Melalui cara-cara serta perhitungan yang tertata, kanal pintu air bendungan dibuka, kemudian air bendungan dialirkan ke wilayah Kab. Grobogan Jawa Tengah.

Tak ayal air bendunganpun meluap, mengarah menuju 3  wilayah perbatasan di Kab. Kudus, Kab. Demak dan Kab. Jepara, Prov. Jawa Tengah, terdampak Banjir bandang hebat.

Kemudian bantuan datang mengalir menyentuh warga terdampak Banjir yang ditampung di tenda-tenda darurat, disertai pemberitaan media massa nasional yang membesar-besarkan bencana, menjual penderitaan rakyat sebagai bahan tontonan masyarakat.

Sedangkan Petani dibiarkan menjerit didalam hati, gagal panen di tahun ini.

Hukum alam semesta tetap bekerja sekalipun menggunakan cara-cara halus, sehingga tidak akan ada kezaliman yang dapat bertahan lama di muka Bumi.

Jika Rakyat bertanya, kapan waktu yang tepat untuk melakukan "REVOLUSI SOSIAL?"

Jawabannya adalah jeda waktu antara hari kemarin dan hari esok.

Karena tangis dan air mata, kelaparan dan kemiskinan, penindasan dan kekecewaan Rakyat, tidak dapat dibiarkan berlarut-larut.

Mungkin saja setiap orang bisa kau kibuli, tapi hati nuranimu akan selalu tau, kelayakan peri-lakumu.

* Mafia Pupuk

Sudah bukan rahasia, pupuk masuk ke gedung DPR RI Senayan, dipolitisir, sebagai bahan materi anggaran pendapatan dan Belanja Negara Tahunan, kemudian dibagi-bagi menjadi lebih kecil-kecil lagi, sebelum akhirnya masuk ke kantong pribadi kelompok Partai Politik yang bermain didalamnya.

Sedangkan Petani tidak butuh Politik.

Bumi hanya ingin diperlakukan dengan welas asih.

Semesta meminta untuk dilayani dan Leluhur NUSANTARA menagih janji hutang Manusia pada alam agar segera dibayarkan.

* Ulah Tengkulak

Bagi pelaku Bisnis di dalam Negeri, tentu mencari Bahan baku dengan harga yang paling murah, menjadi syarat serta pilihan yang dituju, sebagai jalan alternatif dalam berbisnis di seputar lingkungan hidup Pertanian.

Sekalipun Petani menyadari, bahwasannya Tengkulak yang merusak harga di pasaran.

Sementara bagi pelaku Bisnis Luar Negeri, hal paling mudah untuk dapat memutar roda bisnis setiap harinya, tentu mencari Tengkulak, yang bertebaran dimana-mana.

Sedangkan pelaku bisnis bukan semata-mata berbisnis, tetapi juga bertindak sebagai pengepul, yang gemar menimbun bahan Pangan.

Sehingga bukan sebatas untuk dikonsumsi sendiri, tetapi untuk dijual kembali dengan harga tinggi di Pasar Internasional/Luar Negeri.

Uniknya lagi, bahan pokok tersebut, diimpor kembali ke Pasar dalam Negeri, sebagai ladang kehidupan yang menghidupi segelintir manusia angkara.

Pola dagang seperti ini, bahkan telah diterapkan sejak ratusan tahun silam, baik oleh Perusahaan Dagang Multi-Nasional pertama di Dunia milik Belanda,VOC yang berdiri tahun 1602.

Dengan East India Company (EIC) milik Britania Raya, yang telah hadir lebih dulu di London, Inggris sejak 31 Desember tahun 1600.

Menyusul persaingan bisnis para pedagang Rempah-Rempah Arab, beserta Saudagar berlian dari suku Abaji India, serta Pelaku Bisnis Kain Sutera berikut Rempah-Rempah dari daratan China.

Hakekat dari pola dagang seperti ini, masih sama sejak dahulunya, semata-mata untuk memonopoli Pasar Perdagangan Dunia.

Lantas saling adu kekuatan satu sama lain, dimulai pertikaian di jalur perdagangan, kemudian menaikkan mata uang masing-masing Negaranya, hingga menantang-nantang TUHAN ALLAH'nya.

TIDAK ADA PROGRAM untuk BERPERANG, kecuali DAMAI dan KESENANGAN.

* Peri-laku Petani itu sendiri

Sekali lagi, sekalipun Petani menyadari, ulah Tengkulak merusak harga di pasaran.

Tetapi karena membenci perubahan dan bertahan pada gaya hidup konvensional ketimbang ekologis: tanam, panen, jual.

Sebab akar rumput pola Pikir, Besok makan apa dan apa yang dimakan besok, terlanjur mengikat mental terjajah Bangsa Indonesia, yang sebatas berpikir seputar urusan perut saja, sehingga tidak merdeka dalam berpikir.

Dalam menanggapi jumlah permintaan yang meningkat, tak sedikit Petani yang berlaku curang, dengan menjual produk hasil pertanian sebelum masa panen tiba, tanpa memperhatikan kualitas.

Sehingga menghalalkan segala cara, demi mengakomodasikan permintaan Pasar, agar berproduksi tinggi dengan kualitas yang diragukan.

Lantas, siapa yang jadi Korban? 

Sementara anda tidak tau cara menanam, selain hanya bisa membeli.

Sedangkan Menanam Tidak Harus Mahal.

Tidak ada yang tidak mungkin selagi dikembalikan seluruhnya, pada nilai  kepantasannya, sebab Alam tidak pernah berubah.

Melainkan Manusialah yang mengubahnya, tentu sudah sepatutnya pula bertanggung jawab mengembalikan Alam pada Ekosistem terbaiknya.


Singkong sebagai Makanan Pokok Alternatif Pengganti Nasi / Beras



Umbi Kasesa



Singkong sebagai salah satu sumber Makanan Pokok masyarakat Indonesia.

Memproduksi umbi bertekstur pulen, yang kerap dikonsumsi dengan berbagai varian olahan, serta bagian Daun, yang umum diolah sebagai sayur paling digemari di penjuru dunia.

Namun di balik manfaatnya

Tak sedikit Petani yang berhenti menanam berbagai jenis Bahan Pokok maupun Palawija.

Sebab lahan sulit di olah.

Sebagaimana hasil hukum sebab akibat dari penggunaan Pupuk Kimia secara berkepanjangan, yang masih menjadi pemicu utama, rusaknya lahan Pertanian dan Perkebunan di Indonesia.

Petani Singkong di wilayah Prov. Lampung, binaan kami misalnya.

Berhasil menanam varietas Kasesa melalui metode Tekhnologi Bio Compound.

Dengan memanfaatkan sampah pertanian, pupuk kandang berupa; Kotoran Sapi segar, daun serta batang Pisang sebagai media pertumbuhan utama.

Sebelum menggunakan Tekhnologi Bio Compound;

Petani Singkong, mampu menghasilkan 6 ton singkong dalam waktu 9 bulan, menggunakan 100kg Pupuk bekas, dengan komposisi; ( SP36 50kg dan KCl 50kg).

Tetapi didorong keinginan hasil panen,  menyesuaikan kebutuhan pasar.

Petani Singkong kemudian melakukan uji coba dengan cara menambahkan media pertumbuhan, sebanyak hasil yang diinginkan, yaitu sekitar 6 ( enam ) kali panen dalam satu siklus penanaman.

Dengan jarak tanam 60x80 cm (enam puluh kali delapan puluh centimeter).

Setelah menggunakan Tekhnologi Bio Compound:

Dalam jangka waktu 5 ( Lima ) bulan, 6 ( enam ) hari. Petani Singkong mampu menghasilkan 8 ton 20kg ( Delapan ton Dua puluh kilogram ) Singkong

Prinsipnya;

Panen 100 Kg ( Seratus Kilogram ) tinggal menambahkan minimal 100 Kg ( Seratus Kilogram ) sampah organik yang diolah menggunakan Tekhnologi Bio Compound

1 Hektar lahan, menghendaki hasil Panen 10 ton ( Sepuluh Ton ).

Maka cukup menambahkan minimal sebanyak 10  ( Sepuluh ) ton media tanam, yang di olah menggunakan Tekhnologi Bio Compound dengan minimal takaran 10 ( Sepuluh) liter saja.

Lantas bagaimana jika lahan terbatas?

Apabila tidak memiliki lahan, dapat dikoordinasikan dengan Komunitas, atau kelompok instansi, yang memiliki program Kompos Kolektif, maupun pengelola disekitar tempat tinggal, untuk meminjam lahan kosong, sehingga lahan lebih bermanfaat dan tetap produktif.


 

Senin, 12 Februari 2024

Briket Neutron Limbah Kohe

 

Oleh Songsong Eco Projects

Editor : Sha Mantha


In Frame Sha Mantha-Photo taken by Lawerrisa


 


Bandung - Briket Bio Neutrin adalah Karya Kelompok Binaan Songsong di wilayah Lembang, Kab. Bandung, Jawa Barat.

Saat ini hanya di Produksi untuk Mitra Songsong.



Songsong Eco Projects 


 


Lembang, Bandung, Jawa Barat merupakan salah satu daerah penghasil Susu terbesar di wilayah Indonesia, setelah Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dengan total  22.300 Sapi Perah, yang berasal dari 9 Desa, yang menghasilkan 10kg hingga 20kg limbah Kohe Sapi segar per/ekor, setiap harinya.

Untuk mengatasi limbah kotoran ternak yang berbau menyengat tersebut, Peternak membakar sebagian limbah Kohe Sapi miliknya dan membuang sisanya, ke saluran air yang berakhir di Sungai Citarum.

Selebihnya, para Peternak menyimpannya di lahan kosong dengan cara menumpuk dan membiarkannya begitu saja.

Selain menjadi sarang virus bakteri penyakit, kotoran ternak tersebut juga memberi dampak negatif terhadap lingkungan sekitar, bukan sebatas berbau tidak sedap, tetapi juga mengganggu kebersihan air sungai, yang berubah warna, dipenuhi oleh limbah kotoran Sapi, ternak milik warga Desa setempat.

Mengolah limbah peternakan Sapi Segar tak sesulit yang dibayangkan, jika didasari Niat tulus serta memiliki nilai manfaat.

Berbekal kesadaran bahwa olah limbah Peternakan adalah tanggung jawab masing-masing Peternak.

Dengan harapan dapat terus merawat lingkungan demi masa depan anak cucu kelak.

Warga Desa Sukajaya, Lembang, yang tergabung ke dalam kelompok Peternak Obor Desa Organik Sukajaya ( ODOS).

Secara berkesadaran, menggunakan Teknologi Bio Compound, untuk mengolah Limbah Kotoran Sapi Segar / Kohe, menjadi media tanam berbentuk briket, yang dapat langsung digunakan dan diaplikasikan di segala jenis tanaman, oleh Petani sekitar.

Dengan 5-7 Jam, kurun waktu pengolahan limbah yang dibutuhkan, tanpa bau menyengat, mudah, memiliki banyak manfaat dan juga ramah lingkungan.

Kegiatan ini merupakan implementasi nyata, 17 butir tujuan pembangunan berkelanjutan

( SDGas).

Wujud kontribusi Peternak ODOS dalam merawat Bumi.




Bentuk kemasan Media Tanam Kohe Sapi Segar - Siap Kirim Ke Penjuru Wilayah Indonesia 


 


Dengan Tekhnologi Bio Compound

Kelompok Peternak Obor Desa Organik Sukajaya ( ODOS ) sudah tidak lagi membuang KOHE, berupa limbah Kotoran Sapi Segar Peternakannya.

Bahkan tanpa membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk mengolah kotoran Sapi segar.

Cukup 5-7 ( Lima hingga Tujuh hari ) menjadi briket dan 5 ( Lima ) menit menjadi Media Tanam, tanpa aroma menyengat maupun panas.



 

Briket Neutron Kohe Sapi Segar 


 

Dan Peternak Obor Desa Organik Desa Sukajaya sudah memulainya

Tekhnologi tepat guna dari Songsong, tercipta media tanam briket OBOR bagi Pertanian dan olah sampah organik tingkat rumah tangga.



 

Pak Yudi - Peternak Sapi Susu Perah Rumahan, Lembang, Bandung Jawa Barat, Indonesia 




Pak Yudi adalah satu dari sekian banyak Peternak Sapi Perah rumahan yang berada di wilayah Lembang.

Ia memelihara 10 ekor Sapi Perah dan satu ekor Sapi Potong penghasil daging.

Dengan tingkat pertumbuhan serta  hewan ternak yang sehat.

Setelah mengaplikasikan metode penggunaan Teknologi Bio Compound sebagai campuran air minum serta pakan yang terdiri dari campuran ampas singkong + ampas tahu + konsentrat + 10 mili cairan Bio Compound. 

Bukan saja merasakan manfaat dari segi biaya, namun juga meningkatnya kualitas Susu yang tidak mengandung bakteri Potagen, produksi yang stabil dari sebelumnya, serta Susu yang tidak mudah basi, sehingga dapat dijadikan Yogurt, Kefir maupun Keju.

Sementara kotoran Sapi ternak miliknya, dapat langsung digunakan sebagai media tanam.




Peternakan Sapi Perah Rumahan, di Kawasan Lembang, Bandung, Prov. Jawa Barat, Indonesia 


 



Sebelum menggunakan Teknologi Bio Compound

Produksi Susu tidak stabil dan mudah basi, serta membutuhkan waktu lama saat penyembuhan pada luka.

Kotoran Sapi juga tidak tercerna dengan baik, berbau menyengat, terlebih saat di musim penghujan.

Belum lagi tiap 2 minggu sekali, Sapi harus diberi suntikan Antibiotik, setiapkali terjadi perubahan cuaca.

Setelah Penggunaan Teknologi Bio Compound

Sapi jarang sakit dan tidak lagi membutuhkan suntikan antibiotik.

Dari 7 ekor Sapi

Saat ini memproduksi 110 Liter Susu setiap harinya, dengan kualitas susu yang lebih kental, gurih serta tidak cepat basi saat disimpan dalam suhu ruang.

Keringat maupun kotoran serta kandang tidak berbau menyengat sama sekali.

Dengan tekstur kotoran halus sekaligus menandai bahwa makanan tercerna secara sempurna.

Persyaratan Untuk Menjadi Mitra Songsong;

1. Memiliki Komunitas / Kelompok / Badan Usaha

2. Memiliki Program Berbasis Pengabdian Lingkungan Dengan Melibatkan Masyarakat

3. Sudah Mengaplikasikan Penggunaan Tekhnologi Bio Compound dan Membuktikan Sendiri Manfaatnya.

Berdasarkan Sumber Riset Penelitian Ilmiah FRS. Puteri Nurina dan Tim Ahli Tekhnologi Bio Compound 



INDIKATOR

  Di Tulis oleh Editor  In Frame Sha Mantha                                     Photo Taken by Ruang Kosong 303        Adakah dari Rakyat te...