Karimun Jawa-Kab. Jepara Jateng, Indonesia
Penulis Sha Mantha
Editor Sha Mantha
Terdiri dari beberapa pulau kecil di wilayah Kabupaten Jepara, Jawa Tengah Karimunjawa
Kepulauan ini berada di Laut Jawa dengan ±1.500 hektare luas daratan serta ±110.000 hektare perairan
Dari Pelabuhan Pantai Kartini menuju Pulau Karimun Jawa, hanya terdapat satu Kapal Ferry yang berlayar setiap dua hari sekali
Sedangkan masyarakat setempat, biasa menggunakan Perahu motor kecil berbahan solar sebagai sarana transportasi sehari-hari untuk menunjang mobilitas warga setiap harinya
Dengan 5-6 jam jarak tempuh penyebrangan
Dan 30 menit jalur udara dari Bandara Ahmad Yani, Semarang menuju Bandar Udara Dewa Daru; berupa landasan Pesawat kecil yang berada di Pulau Kemujan dan menampung pesawat kecil jenis CASA 212 yang disediakan oleh PT. Wisata Laut Nusa Permai
Selain itu, Pesawat Susi Air juga kerap di sewa untuk penerbangan menuju Pulau ini
Hidangan laut, umum dijajakan di sepanjang alun-alun Pulau Karimun Jawa sekaligus kuliner khas yang mudah dijumpai di hampir sudut pemukiman warga
Karimun Jawa-Kab Jepara Jateng Indonesia
Pulau ini tidak terlalu besar tetapi padat dengan ragam kehidupan didalamnya
Akulturasi Hindu peralihan Islam sangat kental mewarnai kebudayaan masyarakar Jepara
Dimana setiap 1 syawal tepatnya di tanggal 7 Syawal ( Bulan Islam ); hari ke-7 perayaan hari raya Idul Fitri
Tradisi larung kepala kerbau disertai ragam hasil bumi ke tengah laut, yang berpusat di Pantai Kartini dan diikuti oleh masyarakat di sepanjang Pesisir Pantai paling utara Jawa
Dirayakan secara meriah disertai rangkaian pesta rakyat didalamnya, diiringi acara Halal Bihalal
Dilalui oleh iring-iringan Perahu menuju ke Pulau-Pulau kecil dengan menikmati ketupat, serta beras ketan yang direbus di daun kelapa yang masih muda ( Janur ), sebagai hidangan khasnya dan digantung di setiap tiang pintu-pintu rumah
Ketupat Lepet |
Sekaligus momen untuk berziarah ke makam Putra Sunan Kudus, Para Wali penyebar agama Islam dan kaum Ulama pengikutnya yang dimakamkan di Pulau Karimun Jawa serta Pulau-Pulau kecil disekitarnya
Lomban Pantai Kartini Jepara |
Pengaruh Hindu yang lebih kental ketimbang Buddha yang semula lebih dulu dianut sejak era Negara Kalingga, sebagai ajaran hidup oleh masyarakat di paling ujung utara Jawa
Dimulai saat itu Ibukota Negara Majapahit Hindu, di pindahkan di bekas puing Ibukota Negara Kalingga sesaat setelah kematian Brawijaya V
Tepatnya di wilayah Kecamatan Keling Kabupaten Jepara, saat ini
Disusul perpindahan Ibukota Negara Islam Demak di wilayah Sukolilo Kabupaten Pati Jepara, tak jauh dari pintu gerbang wilayah perbatasan Negara Majapahit di masa Sultan Prawoto, Raja Kesultanan Demak ke-IV yang memerintah tahun 1546-1549
Kematian Sultan Prawoto turut mengakhiri Negara Islam Demak
Seiring kedatangan Portugis di Jawa, tahun 1549 yang mendirikan Pangkalan Militer di tengah-tengah wilayah Kesultanan Demak dan Majapahit
Dengan Ratu Kalinyamat, adik Sultan Prawoto yang berjuang mati-matian mempertahankan Jepara, wilayah bawahan Demak dari serangan Portugis yang secara bersama-sama, mendukung Kesultanan Ternate, Kesultanan Aceh, Kesultanan Malaka, mempertahankan wilayah perbatasan di Malaka
Ironisnya diwaktu yang bersamaan
Ratu Kalinyamat mendapat serangan penaklukan dari Panembahan Senopati
Berdalih sebagai penerus Kesultanan Demak
Panembahan Senopati memanfatkan situasi dengan cara berbohong jika Ia telah berhasil membunuh buron Negara Islam Demak yaitu Arya Penangsang, yang telah menghabisi Sultan Prawoto beserta Permaisuri
Di bantu VOC Belanda
Panembahan Senopati kemudian mendirikan Negara Mataraman Islam dan berlaku sebagai Raja Pertama Kesultanan Mataraman Islam, memerintah tahun 1586-1613
Berdiri di sebidang tanah yang dihadiahkan oleh Sultan Hadiwijaya, Raja Pertama Kesultanan Pajang, penerus Demak yang memerintah tahun 1554-1583, di wilayah Kota Gede Daerah Istimewa Yogyakarta saat ini
Akibat kelelahan menerima serangan Portugis yang secara bertubi-tubi menghancurkan Istananya, ditambah kekalahan pasukan bantuannya di wilayah Kesultanan Ternate, Kesultanan Aceh dan Kesultanan Malaka yang terjadi secara terus menerus
Tanpa perlawanan yang berarti
Panembahan Senopati berhasil menaklukkan Ratu Kalinyamat dan memaksanya tunduk di bawah Mataraman Islam
Dari Berbagai Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.