Ditulis oleh Editor
In Frame Sha Mantha
Photo taken by Puguh Rata Widura
Bandung - Tanam Singkong 5 bulan Panen
Menjadi jalan alternatif, di tengah kendala minimnya Lahan Pertanian di Indonesia.
Belum lagi tantangan dan beberapa faktor lain, seperti:
* Lahan tidak produktif
Mengolah Kembali Lahan Tidak Produktif
Kita kerap kali lupa darimana asal bahan Pangan yang kita konsumsi setiap hari.
Seperti apa saat di tanam, bagaimana cara merawatnya, diproses hingga dihidangkan di Meja Makan.
Lupa dengan budaya Makan, mengingat begitu mudahnya menjumpai berbagai bahan Pangan, di Pasar Swalayan maupun Pasar tradisional.
* Gagal Panen
Belakangan ini, banjir bandang melahap ratusan hektar lahan tanaman Padi siap panen di 4 wilayah kabupaten Prov. Jawa Tengah, 5 hari sebelum dilaksanakannya Pemilu Pilpres periode 2024-2029 yang jatuh pada 14 February 2024 lalu.
Bukan sesuatu hal yang mengagetkan, ulah Manusia jugalah, rupa-rupa bencana alam diciptakan, sebagai bentuk unjuk rasa ketidakpuasan atas sesuatu hal.
Berdalih kekhawatiran akan jebolnya pintu bendungan hilir yang berada di area Kedung Ombo, wilayah Kab. Boyolali Prov. Jawa Tengah.
Dengan dalih hujan mengguyur selama beberapa hari, sebagai pijakan dalam suatu tindakan, tak beradab, yang dilakukan secara sadar dan menyengaja, tanpa memikirkan dampak terhadap lingkungan sekitar.
Melalui cara-cara serta perhitungan yang tertata, kanal pintu air bendungan dibuka, kemudian air bendungan dialirkan ke wilayah Kab. Grobogan Jawa Tengah.
Tak ayal air bendunganpun meluap, mengarah menuju 3 wilayah perbatasan di Kab. Kudus, Kab. Demak dan Kab. Jepara, Prov. Jawa Tengah, terdampak Banjir bandang hebat.
Kemudian bantuan datang mengalir menyentuh warga terdampak Banjir yang ditampung di tenda-tenda darurat, disertai pemberitaan media massa nasional yang membesar-besarkan bencana, menjual penderitaan rakyat sebagai bahan tontonan masyarakat.
Sedangkan Petani dibiarkan menjerit didalam hati, gagal panen di tahun ini.
Hukum alam semesta tetap bekerja sekalipun menggunakan cara-cara halus, sehingga tidak akan ada kezaliman yang dapat bertahan lama di muka Bumi.
Jika Rakyat bertanya, kapan waktu yang tepat untuk melakukan "REVOLUSI SOSIAL?"
Jawabannya adalah jeda waktu antara hari kemarin dan hari esok.
Karena tangis dan air mata, kelaparan dan kemiskinan, penindasan dan kekecewaan Rakyat, tidak dapat dibiarkan berlarut-larut.
Mungkin saja setiap orang bisa kau kibuli, tapi hati nuranimu akan selalu tau, kelayakan peri-lakumu.
* Mafia Pupuk
Sudah bukan rahasia, pupuk masuk ke gedung DPR RI Senayan, dipolitisir, sebagai bahan materi anggaran pendapatan dan Belanja Negara Tahunan, kemudian dibagi-bagi menjadi lebih kecil-kecil lagi, sebelum akhirnya masuk ke kantong pribadi kelompok Partai Politik yang bermain didalamnya.
Sedangkan Petani tidak butuh Politik.
Bumi hanya ingin diperlakukan dengan welas asih.
Semesta meminta untuk dilayani dan Leluhur NUSANTARA menagih janji hutang Manusia pada alam agar segera dibayarkan.
* Ulah Tengkulak
Bagi pelaku Bisnis di dalam Negeri, tentu mencari Bahan baku dengan harga yang paling murah, menjadi syarat serta pilihan yang dituju, sebagai jalan alternatif dalam berbisnis di seputar lingkungan hidup Pertanian.
Sekalipun Petani menyadari, bahwasannya Tengkulak yang merusak harga di pasaran.
Sementara bagi pelaku Bisnis Luar Negeri, hal paling mudah untuk dapat memutar roda bisnis setiap harinya, tentu mencari Tengkulak, yang bertebaran dimana-mana.
Sedangkan pelaku bisnis bukan semata-mata berbisnis, tetapi juga bertindak sebagai pengepul, yang gemar menimbun bahan Pangan.
Sehingga bukan sebatas untuk dikonsumsi sendiri, tetapi untuk dijual kembali dengan harga tinggi di Pasar Internasional/Luar Negeri.
Uniknya lagi, bahan pokok tersebut, diimpor kembali ke Pasar dalam Negeri, sebagai ladang kehidupan yang menghidupi segelintir manusia angkara.
Pola dagang seperti ini, bahkan telah diterapkan sejak ratusan tahun silam, baik oleh Perusahaan Dagang Multi-Nasional pertama di Dunia milik Belanda,VOC yang berdiri tahun 1602.
Dengan East India Company (EIC) milik Britania Raya, yang telah hadir lebih dulu di London, Inggris sejak 31 Desember tahun 1600.
Menyusul persaingan bisnis para pedagang Rempah-Rempah Arab, beserta Saudagar berlian dari suku Abaji India, serta Pelaku Bisnis Kain Sutera berikut Rempah-Rempah dari daratan China.
Hakekat dari pola dagang seperti ini, masih sama sejak dahulunya, semata-mata untuk memonopoli Pasar Perdagangan Dunia.
Lantas saling adu kekuatan satu sama lain, dimulai pertikaian di jalur perdagangan, kemudian menaikkan mata uang masing-masing Negaranya, hingga menantang-nantang TUHAN ALLAH'nya.
TIDAK ADA PROGRAM untuk BERPERANG, kecuali DAMAI dan KESENANGAN.
* Peri-laku Petani itu sendiri
Sekali lagi, sekalipun Petani menyadari, ulah Tengkulak merusak harga di pasaran.
Tetapi karena membenci perubahan dan bertahan pada gaya hidup konvensional ketimbang ekologis: tanam, panen, jual.
Sebab akar rumput pola Pikir, Besok makan apa dan apa yang dimakan besok, terlanjur mengikat mental terjajah Bangsa Indonesia, yang sebatas berpikir seputar urusan perut saja, sehingga tidak merdeka dalam berpikir.
Dalam menanggapi jumlah permintaan yang meningkat, tak sedikit Petani yang berlaku curang, dengan menjual produk hasil pertanian sebelum masa panen tiba, tanpa memperhatikan kualitas.
Sehingga menghalalkan segala cara, demi mengakomodasikan permintaan Pasar, agar berproduksi tinggi dengan kualitas yang diragukan.
Lantas, siapa yang jadi Korban?
Sementara anda tidak tau cara menanam, selain hanya bisa membeli.
Sedangkan Menanam Tidak Harus Mahal.
Tidak ada yang tidak mungkin selagi dikembalikan seluruhnya, pada nilai kepantasannya, sebab Alam tidak pernah berubah.
Melainkan Manusialah yang mengubahnya, tentu sudah sepatutnya pula bertanggung jawab mengembalikan Alam pada Ekosistem terbaiknya.
Singkong sebagai Makanan Pokok Alternatif Pengganti Nasi / Beras
Umbi Kasesa
Singkong sebagai salah satu sumber Makanan Pokok masyarakat Indonesia.
Memproduksi umbi bertekstur pulen, yang kerap dikonsumsi dengan berbagai varian olahan, serta bagian Daun, yang umum diolah sebagai sayur paling digemari di penjuru dunia.
Namun di balik manfaatnya
Tak sedikit Petani yang berhenti menanam berbagai jenis Bahan Pokok maupun Palawija.
Sebab lahan sulit di olah.
Sebagaimana hasil hukum sebab akibat dari penggunaan Pupuk Kimia secara berkepanjangan, yang masih menjadi pemicu utama, rusaknya lahan Pertanian dan Perkebunan di Indonesia.
Petani Singkong di wilayah Prov. Lampung, binaan kami misalnya.
Berhasil menanam varietas Kasesa melalui metode Tekhnologi Bio Compound.
Dengan memanfaatkan sampah pertanian, pupuk kandang berupa; Kotoran Sapi segar, daun serta batang Pisang sebagai media pertumbuhan utama.
Sebelum menggunakan Tekhnologi Bio Compound;
Petani Singkong, mampu menghasilkan 6 ton singkong dalam waktu 9 bulan, menggunakan 100kg Pupuk bekas, dengan komposisi; ( SP36 50kg dan KCl 50kg).
Tetapi didorong keinginan hasil panen, menyesuaikan kebutuhan pasar.
Petani Singkong kemudian melakukan uji coba dengan cara menambahkan media pertumbuhan, sebanyak hasil yang diinginkan, yaitu sekitar 6 ( enam ) kali panen dalam satu siklus penanaman.
Dengan jarak tanam 60x80 cm (enam puluh kali delapan puluh centimeter).
Setelah menggunakan Tekhnologi Bio Compound:
Dalam jangka waktu 5 ( Lima ) bulan, 6 ( enam ) hari. Petani Singkong mampu menghasilkan 8 ton 20kg ( Delapan ton Dua puluh kilogram ) Singkong
Prinsipnya;
Panen 100 Kg ( Seratus Kilogram ) tinggal menambahkan minimal 100 Kg ( Seratus Kilogram ) sampah organik yang diolah menggunakan Tekhnologi Bio Compound
1 Hektar lahan, menghendaki hasil Panen 10 ton ( Sepuluh Ton ).
Maka cukup menambahkan minimal sebanyak 10 ( Sepuluh ) ton media tanam, yang di olah menggunakan Tekhnologi Bio Compound dengan minimal takaran 10 ( Sepuluh) liter saja.
Lantas bagaimana jika lahan terbatas?
Apabila tidak memiliki lahan, dapat dikoordinasikan dengan Komunitas, atau kelompok instansi, yang memiliki program Kompos Kolektif, maupun pengelola disekitar tempat tinggal, untuk meminjam lahan kosong, sehingga lahan lebih bermanfaat dan tetap produktif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.