Ditulis Oleh Editor
Susi Ambar Rukmi |
INDONESIA - Makanan, dapat mendominasi pikiran, membangkitkan daya ingat seseorang, sekaligus memori paling internal alam bawah sadar otak Manusia, yang sangat berperan dalam mengontrol kondisi mental suatu BANGSA.
Akan sulit bagi Negara manapun sembuh dari rasa traumatis, akibat luka-luka kehendak, dampak dari setiap peperangan yang terjadi.
Sebab tidak ada hal lain yang dipikirkan selain urusan perut saja, karena sekedar untuk berpikir pun sudah tidak merdeka.
Untuk itulah Peperangan akan terus meletus dan terjadi dimana-mana, tidak akan pernah berhenti.
Walau BUMI berhenti berputar pada porosnya, sekalipun BUMI itu datar ataupun bulat.
Itu tidak akan mempengaruhi apapun bahkan rasa sakit yang ditimbulkan dari kematian sekalipun.
Tetapi yang pasti, itu tidak akan berpengaruh terhadap bisnis perdagangan bebas, yang menaungi :
* Bisnis Senjata Api / Senjata Mikrobiologi
* Bisnis Pesawat Tempur berikut Alutsista, dan
* Bisnis Obat-obatan Medis, maupun
* Bisnis Narkotika
Dan peran Bank Dunia
Melalui penguasaan pribadi terhadap Pasar Opium, Rempah-rempah, Kopi serta Bahan Pangan lainnya, agar jaringan Pasar Bebas dapat dikontrol melalui pemberlakuan hukum pasar gelap.
Sehingga WHO dapat berdiri diantara dua kaki
* Satu sisi sebagai organisasi yang membawahi kesehatan Dunia, dan
* Di satu sisi membatasi peredaran obat-obatan terlarang, melalui pemberlakuan hukum bagi pelaku pasar gelap
Itulah mengapa makanan diawetkan agar bertahan lama saat ditimbun, guna mencukupkan kebutuhan dasar Umat Manusia di Negara-negara rawan perang.
Begitupun halnya kondisi di Negara Indonesia
Akan tetapi
1000 Fakta Sejarah BANGSA Tiada Berguna Bila Diperdebatkan dengan satu orang Bodoh
Maka Pembodohan BANGSA, tidak akan pernah selesai dibuat, dalam biduk Perpolitikan Pemerintah INDONESIA.
Agar tetap menarik minat 3 % Kaum Elite BANGSA Kulit Putih dalam Mengontrol 97% Umat Manusia di Muka BUMI, tak terkecuali INDONESIA.
Sedangkan 3% Kaum Elite DUNIA mempelajarinya dari Belanda, yang selama 350 tahun, dapat menjajah belasan kali lipat wilayah seluas NUSANTARA, yang berjumlah 15x Jiwa dari total jumlah penduduk di Negara sekecil Belanda.
Bukankah ini juga berarti
Negara Komunis dengan jumlah penduduk yang banyak, dapat menjajah INDONESIA atau justru menghidupi sumber kekuatan baru bagi INDONESIA, yang berpotensi menjadi Negara Komunis terkuat di Benua Asia?
Dalam strategi Penjajahan Kaum Bangsa-Bangsa ke wilayah NUSANTARA
Tahun 1293-1309
Tiongkok Mongol, telah memulai memecah Negara Kesatuan NUSANTARA menjadi bagian yang lebih kecil-kecil.
Dan menggunakan generasi yang dilahirkan dari hasil pernikahan antara Raden Dyah Wijaya dengan Puteri China, sebagai hadiah penaklukan Tiongkok Mongol, terhadap Negara Kesatuan Majapahit, sebagai alat perpecahan.
Sehingga Portugis dapat dengan mudah, memasuki wilayah NUSANTARA, tahun 1509–1520.
Portugis memang tak berhasil menduduki perbatasan NUSANTARA di Malaka, sekalipun mampu mengalahkan Pasukan Militer bantuan Ratu Kalinyamat dari Jepara dengan cara membakar Kapal Perbekalannya.
Tetapi Portugis angkat kaki dari wilayah NUSANTARA tanpa hasil sia-sia, usai menjajah selama 200 tahun lamanya, dengan membagi wilayah NUSANTARA melalui perjanjian Saragosa di Spanyol, pada 22 April 1529.
Kemudian menyerahkan Selat Malaka ke tangan Britania Raya setelah ditandatanganinya Perjanjian London/Treaty of London, 17 Maret 1824
Baru setelahnya, Belanda masuk ke wilayah NUSANTARA
Sementara Negara sekecil Belanda dapat menguasai Negara seluas NUSANTARA selama 350 tahun, melalui sistem adu domba.
Rakyat hanya diberi makan, namun tidak diberi pendidikan, sebab Belanda sadar, jika Rakyat pintar dan cerdas, akan berpotensi mengancam tirani kekuasaan.
Dengan cara demikian, Belanda tidak perlu lagi repot-repot menggunakan kekuatannya sendiri untuk menjajah BANGSA ini.
Dikarenakan adanya kekuatan Pribumi yang sewaktu-waktu dapat dipergunakan sebagai biduk percaturan.
Sebab menolak tunduk terhadap penjajahan di BUMI PERTIWI
Pangeran Diponegoro bangkit melawan Belanda melalui Perang Diponegoro tahun 1825 dan berakhir tahun 1830.
Kaum Elite Kulit Putih memang mengakui kontribusi Pangeran Diponegoro sebagai Pahlawan Pergerakan Kemerdekaan Republik Indonesia tetapi juga sekaligus melabelinya sebagai teroris yang harus di Brantas.
Sebagaimana hal yang sama turut menimpa Tuanku Imam Bonjol
Dimana Kaum Elite Kulit Putih menggeser Fakta Sejarah BANGSA INDONESIA yang selama ini kadung beredar, di kalangan masyarakat luas.
Elite Kulit Putih memang mengakui Tuanku Imam Bonjol sebagai sosok Pahlawan Pergerakan Kemerdekaan Republik Indonesia
Namun juga membenturkannya sebagai teroris berdarah dingin, sekaligus menempatkannya sebagai Elite Pribumi yang mengejar kepentingan keluarga/Jabatan saja.
Sekaligus terjadi banyak perlawanan dan pergerakan Kemerdekaan Republik Indonesia
Akan tetapi, apapun bentuk dari setiap perjuangan maupun pergerakan, lebih banyak menemui kekalahan tanpa membuahkan hasil apa-apa selain perpecahan.
Sebab masih membawa daerah masing-masing, Suku masing-masing, serta Agama dan kelompok masing-masing.
Kenapa dahulu Belanda mampu berbuat demikian?
* Karena ada Elite yang mengaku Pribumi tetapi mengejar Kekayaan Pribadi
Elite seperti ini menjadi Kaya Raya setelah menjadi Pejabat Negara
Kalau memang ingin membangun BANGSA, sudah menjadi suatu keharusan bagi tipikal Pejabat Elite seperti ini, untuk menyumbangkan kekayaan Pribadinya, untuk BANGSA dan NEGARA, bukan memaksa Rakyat agar menyumbang bahkan membayar.
* Karena ada Elite yang mengaku Pribumi tetapi mengejar Kekuasaan saja
Tipikal Elite seperti ini, kebal terhadap hukum
Dia yang membuat Hukum namun dirinya juga yang melanggar aturannya sendiri, sehingga hukum hanya berlaku untuk Rakyat bukan untuk Elite.
* Karena ada Elite yang mengaku Pribumi tetapi mengejar kepentingan Wanita dan Keluarga
Elite seperti ini, gemar mengoleksi Wanita/memiliki banyak Istri
Bahkan si Istri muda hidup mewah dan keluarganya mendadak jadi kaya raya, serta menduduki posisi/jabatan-jabatan penting di Pemerintahan.
Sehingga Rakyat Miskin yang seharusnya berkurang, justru kian bertambah.
Sedangkan kunci dalam mendapat suatu Jabatan Negara adalah para orang cerdas dan berbakat, bukan keluarganya sendiri.
Elite Penguasa lokal seperti ini, hanya berjumlah 3% dari jumlah total penduduk Indonesia.
Tetapi dari pola lama yang mudah dipelajari tersebut.
Sejatinya BANGSA Asing-Aseng tidak pernah menjajah menggunakan kekuatannya sendiri, melainkan menggunakan Elite lokal yang ingin menjadi Raja.
Dan tidak ada dalam catatan Sejarah BANGSA INDONESIA. Elite Pribumi yang dihukum masuk penjara.
Itulah sebabnya dengan jumlah kecil sebesar 3%, dapat menguasai Rakyat yang 97% jauh lebih besar jumlahnya.
Melalui terapan strategi Politik Devide Et Impera Belanda / Mengadu Domba.
Rakyat di adu domba agar membela kesalahan Elite Pribumi.
Sedangkan faktanya
Para Elite Pribumi tersebut salah dan seharusnya sama-sama dihukum, tetapi kebalikannya.
Rakyatnyalah yang dihukum melalui peraturan yang berlaku dan Para Elite Lokal, bebas dari jerat Hukum.
Hanya para kroco-kroconya saja yang masuk bui, itupun penjara Elite yang sudah dilengkapi fasilitas mewah.
Sedangkan Rakyat kecil yang berani menyinggung sedikit saja Elite Pribumi, pasti akan diciduk atau paling banter di persekusi, kena keroyok massa bayaran para Elite Lokal tersebut.
Rakyat tetap akan dibuat sibuk bertengkar, dipaksa memilih satu diantara Kaum Elite Pribumi lainnya.
Di adu domba, agar membela kepentingan pribadi para Elite Pribumi, sedangkan para Elite tersebut berteman dengan baik.
Sementara kaum Elite Pribumi, tetap akan duduk makan bersama dan berpesta dalam satu meja, saat bertemu.
Elite Pribumi tidak akan pernah bertengkar bahkan berdebat sekalipun demi membela Rakyat dan Negara.
Sebab Rakyat kecil saja yang akan mendapat hukuman, sedangkan para Elite Pribumi, bebas mengadakan Pesta, bebas dari jerat Hukum yang berlaku.
Jepang memang hanya menjajah NUSANTARA selama 3,5 tahun
Tetapi berhasil menerapkan sistem kerja paksa, dengan cara merampas seluruh hasil panen serta lumbung-lumbung pangan milik warga.
Sehingga semua dapat tunduk tanpa bisa berbuat banyak, meninggalkan dampak luka paling traumatik pasca Peperangan, yang ditimbulkan dari wabah kelaparan tersebut.
Sehingga Setiap Musim Pergantian Presiden Yang Baru, Masyarakat
* Memiliki Kecenderungan Berfikir Negatif, dan
* Menolak Perubahan
Masyarakat Ekonomi Lemah menjadi lebih buas dan Jahat melebihi para Penguasa, sebab sudah tidak memiliki budaya dan hilang adab-adabnya.
Sebab terbiasa berbicara tanpa berpikir terlebih dahulu, bertindak tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkan.
Seperti halnya membuang sampah sembarangan, pola hidup konsumtif serta gaya hidup matrealistik.
BANGSA ini membutuhkan figur seorang pemimpin yang bisa diteladani, baik itu setiap perkataan maupun dalam setiap tindakan dan perbuatan Perilakunya.
Hal remeh temeh seperti ini, dapat menjadi Boomerang bagi siapapun, apabila seorang Pemimpin salah sedikit saja dalam berucap/bertindak.
Karena akan dengan mudah melukai hati dan perasaan masyarakat ekonomi bawah, yang kadung bobrok mentalnya, sistem pemerintahan yang juga bobrok dari pangkal hingga ujungnya.
Semua sudah rusak, jadi yang perlu diperbaiki bukan memotong bagian kepala ikan maka gejala pembusukan dapat dicegah.
Tetapi menggantinya dengan Ikan hidup yang mampu melawan arus, jikalau memang harus berenang seturut arus-Nya, Pemimpin tersebut harus bijak, mengikuti didikan-didikan ajaran sesuai Hikmat Firman ayat TUHAN Semesta.
Tabah dan kuat melalui masa-masa sulit saat mengalami kerugian dalam hidup.
Karena tidak ada pertumbuhan tanpa perubahan, tidak ada perubahan tanpa kehilangan, tidak ada kehilangan tanpa rasa sakit, dan tidak ada rasa sakit tanpa kesedihan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.