Rabu, 08 Maret 2023

Lodji Pertemuan Freemason di Kerajaan Jawa

 

Bangsal Sasana Mulya
Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat



Oleh    : Sha Mantha

Editor : Sha Mantha

 

Ndalem Kepangeranan Sasana Mulya

 

Pakubuwana IV

Raja Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat ke-tiga bergelar ISKS Pakubuwana IV ( 1788-1820 )

Kerap mendapati kunjungan delegasi kenegaraan kolega-koleganya dari Eropa

Oleh Pakubuwana IV

Acara resmi tersebut biasanya digelar di Pendopo Ndalem Sasana Mulya yang berada di kompleks Kraton Kasunanan Surakarta disertai perjamuan khusus ala Barat didalamnya



Ndalem Sasana Mulya 
Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat



Ndalem Sasana Mulya, dibangun tahun 1811 oleh Pakubuwana IV sebagai tempat tinggal Pangeran Hangabei sang Putera Mahkota

( 1858-1861)

Sedangkan Pakubuwana IV

Menempati Ndalem Purwodiningratan dan melanjutkan proses Pembangunan Kraton Kasunanan Surakarta, yang memakan waktu kurang lebih 200 tahun



Ndalem Purwodiningratan
Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat



Ndalem Purwodiningratan adalah bangunan pertama yang selesai di bangun

Di awal masa pembangunan Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat serta di design oleh Pangeran Mangkubumi

Raja Pertama Kraton Kesultanan Yogyakarta bergelar Sri Sultan Hamengkubuwana I

Serta ditempati oleh ISKS Pakubuwana II yaitu;

~Raja terakhir Kraton Kasunanan Kartasura Jawa Tengah/Raja ke-9 Negara Mataraman Islam

Bertakhta1726 – 1742

~Pendiri sekaligus Raja Pertama Negari Kasunanan Surakarta Hadiningrat

Bertakhta1745 – 1749

 

 Bangsal Sasana Mulya


Bangsal Sasana Mulya 
Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat

 


Di sela-sela perjamuan, sebagaimana budaya elite Eropa, setelah makan siang maupun makan malam dilangsungkan

Sembari berbincang kecil, tamu delegasi akan menghabiskan waktu dengan menikmati wine dan beberapa santapan ringan

Pesta kemudian dilanjutkan dengan sentuhan piano dan iringan biola yang memiliki tempo sangat cepat dan kencang sebagai ciri khasnya

Guna mencegah terjadinya campur aduk  kebudayaan serta kesalahpahaman  pemaknaan akan sakralnya Gamelan Jawa dengan kegiatan pesta Elite Eropa 

Pakubuwana IV

Kemudian membangun sebuah Bangsal yang didesain lebih tinggi dari seluruh bangunan yang terdiri dari 4 (empat) unsur rumah tradisional Jawa

Berdiri di tengah-tengah pelataran dengan pola bangunan menghadap ke arah Bangunan Pendopo berbentuk Joglo

Sebagai Bangsal Pesta ala Barat  dilangsungkan

Sehingga Bangunan Pendopo tak berubah fungsinya sebagaimana Gamelan berada tanpa harus mengusik  kesakralan didalamnya


Pendopo Ndalem Kepangeranan Sasana Mulya 

 


Pendopo Ndalem Sasana Mulya
Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat



Bangunan Pendopo yang terdiri dari 36 tiang tersebut dibuat dengan cara di kampak

Sedangkan keseluruhan Bangunan Ndalem Sasono Mulya memiliki kelengkapan bagian-bagian bangunan Jawa yang terdiri dari;

1. Bangunan Pendopo

2. Pringgitan

3. Dalem Ageng

4. Senthong Kiwa

5. Senthong Tengan

6. Pawon

7. Sumur, dan

8. Gandhok



Pendopo Ndalem Sasana Mulya
Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat


 

Ndalem Kepangeranan ini terakhir kali ditempati oleh

Pangeran Hangabei Putera dari ISKS Pakubuwana X (1893 – 1939)

Yang dikemudian hari bergelar ISKS Pakubuwana XI dan memerintah Kraton Kasunanan Surakarta menggantikan Pakubuwana X 

(1939-1945)



Pendopo Ndalem Sasana Mulya
Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat



Jika ditinjau dari aspek tata ruang, wujud bangunan, elemen bangunan dan bahan bangunan

Secara keseluruhan bangunan ini mewakili Produk Arsitektur Murni Tradisional Jawa

Namun dalam perkembangannya

Bangunan ini menggambarkan Proses Intervensi Unsur Arsitektur Barat dalam Arsitektur Tradisional Jawa

 

Setelah Kemerdekaan Republik Indonesia 

 

Pada 1 Desember 1965 hingga 30 Mei 1967

Ndalem Sasana Mulya pernah menjadi kamp penampungan tahanan politik

Hingga kemudian di tahun 1971

Bangunan ini kembali ke fungsi awal sebagai tempat pendukung kegiatan Kraton di seputar kegiatan kebudayaan

Pada 1975 hingga 1980

Pendopo ini sempat difungsikan sebagai pusat pendidikan Akademi Seni Karawitan Indonesia dan Taman Budaya Surakarta

Lalu pada 1980 hingga tahun 2000

Bangunan Pendopo difungsikan sebagai tempat penyelenggaraan Upacara Adat Kebudayaan;

1. Upacara Pernikahan

2. Pagelaran Wayang Kulit

3. Sarasehan Budaya serta

4. Upacara Adat Kematian

 

Peraturan Tentang Cagar Budaya Yang Membatasi 

Pada akhirnya hanya sampai pada ketidakjelasan akan nasib bangunan-bangunan bersejarah di Indonesia

Sehingga Cagar Budaya menjadi tidak terawat dan rusak

Mengisi warna usang yang menaungi Bangunan Ndalem Sasana Mulya yang saat ini difungsikan sebagai tempat Perkabungan/Persemayaman Jenazah

Serta gedung serba guna yang disewakan untuk keperluan Pernikahan

Segera Revisi Undang-Undang Cagar Budaya

Dan Lindungi Situs-Situs Bersejarah di Indonesia

Revitalisasi sama dengan menyesuaikan usia dari bangunan

Memperbaiki sama dengan tidak merusak nilai-nilai historis didalamnya

 

In Frame: Sha Mantha

Instagram: Shamantha_New

Facebook: Sha Mantha 

Photo Taken: Wibowo Rahardjo 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

INDIKATOR

  Di Tulis oleh Editor  In Frame Sha Mantha                                     Photo Taken by Ruang Kosong 303        Adakah dari Rakyat te...