Bangsal Sasana Mulya Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat |
Oleh : Sha Mantha
Editor : Sha Mantha
Ndalem Kepangeranan Sasana Mulya
Pakubuwana IV
Raja Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat ke-tiga bergelar ISKS Pakubuwana IV ( 1788-1820 )
Kerap mendapati kunjungan delegasi kenegaraan kolega-koleganya dari Eropa
Oleh Pakubuwana IV
Acara resmi tersebut biasanya digelar di Pendopo Ndalem Sasana Mulya yang berada di kompleks Kraton Kasunanan Surakarta disertai perjamuan khusus ala Barat didalamnya
Ndalem Sasana Mulya Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat |
Ndalem Sasana Mulya, dibangun tahun 1811 oleh Pakubuwana IV sebagai tempat tinggal Pangeran Hangabei sang Putera Mahkota
Sedangkan Pakubuwana IV
Menempati Ndalem Purwodiningratan dan melanjutkan proses Pembangunan Kraton Kasunanan Surakarta, yang memakan waktu kurang lebih 200 tahun
Ndalem Purwodiningratan Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat |
Ndalem Purwodiningratan adalah bangunan pertama yang selesai di bangun
Di awal masa pembangunan Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat serta di design oleh Pangeran Mangkubumi
Raja Pertama Kraton Kesultanan Yogyakarta bergelar Sri Sultan Hamengkubuwana I
Serta ditempati oleh ISKS Pakubuwana II yaitu;
~Raja terakhir Kraton Kasunanan Kartasura Jawa Tengah/Raja ke-9 Negara Mataraman Islam
Bertakhta1726 – 1742
~Pendiri sekaligus Raja Pertama Negari Kasunanan Surakarta Hadiningrat
Bertakhta1745 – 1749
Bangsal Sasana Mulya
Bangsal Sasana Mulya Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat |
Di sela-sela perjamuan, sebagaimana budaya elite Eropa, setelah makan siang maupun makan malam dilangsungkan
Sembari berbincang kecil, tamu delegasi akan menghabiskan waktu dengan menikmati wine dan beberapa santapan ringan
Pesta kemudian dilanjutkan dengan sentuhan piano dan iringan biola yang memiliki tempo sangat cepat dan kencang sebagai ciri khasnya
Guna mencegah terjadinya campur aduk kebudayaan serta kesalahpahaman pemaknaan akan sakralnya Gamelan Jawa dengan kegiatan pesta Elite Eropa
Pakubuwana IV
Kemudian membangun sebuah Bangsal yang didesain lebih tinggi dari seluruh bangunan yang terdiri dari 4 (empat) unsur rumah tradisional Jawa
Berdiri di tengah-tengah pelataran dengan pola bangunan menghadap ke arah Bangunan Pendopo berbentuk Joglo
Sebagai Bangsal Pesta ala Barat dilangsungkan
Sehingga Bangunan Pendopo tak berubah fungsinya sebagaimana Gamelan berada tanpa harus mengusik kesakralan didalamnya
Pendopo Ndalem Kepangeranan Sasana Mulya
Pendopo Ndalem Sasana Mulya Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat |
Bangunan Pendopo yang terdiri dari 36 tiang tersebut dibuat dengan cara di kampak
Sedangkan keseluruhan Bangunan Ndalem Sasono Mulya memiliki kelengkapan bagian-bagian bangunan Jawa yang terdiri dari;
1. Bangunan Pendopo
2. Pringgitan
3. Dalem Ageng
4. Senthong Kiwa
5. Senthong Tengan
6. Pawon
7. Sumur, dan
8. Gandhok
Pendopo Ndalem Sasana Mulya Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat |
Ndalem Kepangeranan ini terakhir kali ditempati oleh
Pangeran Hangabei Putera dari ISKS Pakubuwana X (1893 – 1939)
Yang dikemudian hari bergelar ISKS Pakubuwana XI dan memerintah Kraton Kasunanan Surakarta menggantikan Pakubuwana X
Pendopo Ndalem Sasana Mulya Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat |
Jika ditinjau dari aspek tata ruang, wujud bangunan, elemen bangunan dan bahan bangunan
Secara keseluruhan bangunan ini mewakili Produk Arsitektur Murni Tradisional Jawa
Namun dalam perkembangannya
Bangunan ini menggambarkan Proses Intervensi Unsur Arsitektur Barat dalam Arsitektur Tradisional Jawa
Setelah Kemerdekaan Republik Indonesia
Pada 1 Desember 1965 hingga 30 Mei 1967
Ndalem Sasana Mulya pernah menjadi kamp penampungan tahanan politik
Hingga kemudian di tahun 1971
Bangunan ini kembali ke fungsi awal sebagai tempat pendukung kegiatan Kraton di seputar kegiatan kebudayaan
Pada 1975 hingga 1980
Pendopo ini sempat difungsikan sebagai pusat pendidikan Akademi Seni Karawitan Indonesia dan Taman Budaya Surakarta
Lalu pada 1980 hingga tahun 2000
Bangunan Pendopo difungsikan sebagai tempat penyelenggaraan Upacara Adat Kebudayaan;
1. Upacara Pernikahan
2. Pagelaran Wayang Kulit
3. Sarasehan Budaya serta
4. Upacara Adat Kematian
Peraturan Tentang Cagar Budaya Yang Membatasi
Pada akhirnya hanya sampai pada ketidakjelasan akan nasib bangunan-bangunan bersejarah di Indonesia
Sehingga Cagar Budaya menjadi tidak terawat dan rusak
Mengisi warna usang yang menaungi Bangunan Ndalem Sasana Mulya yang saat ini difungsikan sebagai tempat Perkabungan/Persemayaman Jenazah
Serta gedung serba guna yang disewakan untuk keperluan Pernikahan
Segera Revisi Undang-Undang Cagar Budaya
Dan Lindungi Situs-Situs Bersejarah di Indonesia
Revitalisasi sama dengan menyesuaikan usia dari bangunan
Memperbaiki sama dengan tidak merusak nilai-nilai historis didalamnya
In Frame: Sha Mantha
Instagram: Shamantha_New
Facebook: Sha Mantha
Photo Taken: Wibowo Rahardjo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.