Ditulis oleh Editor
Photo Taken by Rocky Pandapotan
Susi Ambar Rukmi
Biji Kopi Indonesia memiliki 33 varietas terbanyak di Dunia.
Dimana dalam setiap satu varietasnya, menghasilkan kualitas rasa yang berbeda, menyesuaikan kondisi tanah, tempat Ia tumbuh.
Sehingga dalam setiap biji-biji Kopi dari Varietas tersebut, memiliki keunikannya masing-masing, seperti rasa asam, sedikit asam, dan sangat asam, dari satu varietasnya saja.
Biji Kopi Indonesia
Begitupun cara menikmati Kopi
* Bagi penikmat Kopi Sejati
Mereka berkecenderungan meminum kopi tanpa menambahkan apa-apa, agar tidak merusak rasa.
Selain menyaring bubuk biji kopi guna memisahkan ampasnya, kemudian menyeduhnya ke dalam air mendidih, baru menuangkannya ke dalam cangkir dan meminumnya sedikit demi sedikit di beberapa aktivitas si penikmat.
* Bagi penikmat Kopi paling tradisional
Meski tidak menambahkan gula sebagai bahan campurannya.
Para tua-tua terdahulu, memiliki cara unik dalam menikmati biji-biji Kopi yang telah disangrai bersama campuran irisan kelapa, maupun cengkeh dan juga beras.
Kemudian kesemua bahan ditumbuk hingga halus, baru setelah itu direbus dan diseduh ke dalam gelas, dinikmati bersama bubuk ampas air seduhan Kopi.
Sosial Budaya
Selain untuk menghalau rasa kantuk, minum Kopi membudaya di kalangan Masyarakat pekerja kelas menengah atas, yang sehari-hari bekerja di kantor - kantor Perkebunan yang menyebar di penjuru wilayah Indonesia.
Kopi sangat umum dihidangkan sebagai air suguhan bagi tamu di kalangan para pekerja kantor perkebunan yang notabene kaum priyayi intelektual Jawa penyuka rasa Kopi manis.
Sehingga Kopi tidak mengenal sekat batas status sosial ekonomi, sekaligus dapat dinikmati secara bebas dan terbuka oleh pekerja kelas bawah seperti halnya para Buruh, Petani, maupun Pekerja Perkebunan kasar, yang juga memiliki kecenderungan meminum Kopi dicampur gula.
Sehingga menikmati Kopi, dapat menjaga hubungan antara Budak Fisik dengan Budak Ekonomi.
Dimana Budak Ekonomi mendapatkan tempat tinggal dan fasilitas-fasilitas didalamnya.
Sedangkan Budak Fisik, memperjuangkan sendiri kepemilikan atas seluruh assetnya.
Sekalipun para Investor, baik itu Kapitalis dan Sosialis, memegang peranan dalam kontrol Kekuasaan Pemerintahan.
Keduanya tidak mampu merubah apapun atas hubungan tersebut.
Kesimpulannya
Ada dan tidaknya si Miskin maupun si Kaya.
Kopi bukan benda yang dapat di Monopoli perdagangannya, sekalipun strategi pemasaran dan tengkulak berupaya merusak harga dipasaran.
Sebab pada kenyataannya
Semua orang mampu menikmati secangkir Kopi bahkan berbagi secangkir Kopi dengan teman yang lain.
Lalu apa yang dilakukan Petani ketika mempunyai ladang tandus dan tidak menghasilkan pendapatan?
Ia tidak mengeluh tentang hal itu
Tapi Ia keluar, mulai menanam benih, karena tidak akan terjadi apa-apa, sebelum dia menanam benih tersebut.
Segala sesuatu dalam hidup dimulai dari benih; dalam relasi, pernikahan, bisnis, dll.
Dan tidak akan terjadi apa-apa sampai benih itu ditanam.
Inilah prinsip menabur dan menuai.
Kapan pun kamu memiliki kebutuhan, tanamlah benih, yaitu hidupmu dan yang ada didalamnya, lalu garap dalam anugerah Semesta.
Maka melalui tindakan ini.
Semesta akan berkahi dan membuahkan hasil dalam hidupmu.
Dokumentasi Songsong Echo Product
Pak Yosef, Petani Kopi rumahan di wilayah Lembang, Bandung Prov. Jawa Barat, contohnya.
Ia mengolah lahan Kopi seluas 6 hektare miliknya, yang terdiri dari 12.000 pohon Kopi varietas Caturra dan Typica, dengan hasil Produksi sebanyak 1-2 ton Kopi, pertahunnya.
Untuk olah tanah serta perawatan Pohon Kopi miliknya, Pak Yosef menggunakan Tekhnologi Bio Compound.
Dalam beberapa bulan mulai terlihat perubahannya.
Tiap 1 Pohon Kopi ditumbuhi 100 ranting dengan 1 Tandan berbuah sebanyak 30 butir.
( 18 butir pada umumnya)
Terdiri 500-550 Butir Biji Kopi dari jumlah umum perkilonya.
Menjadi 600-650 Butir Biji Kopi saat ini, serta menghasilkan kualitas biji Kopi yang lebih keras dan padat.
Serta masa hidup Pohon lebih panjang karena Pohon mendapat Nutrisi sesuai kebutuhan.
Melalui metode Perawatan dengan cara menyemprotkan Tekhnologi Bio Compound ke tanah serta daun.
Akar tumbuh sehat, tanpa Hama dan jamur
Sementara untuk Pupuk
Pak Yosef memanfaatkan Limbah Kopi, Urin Sapi, plus Kotoran ayam serta gabah kering.
Ia pun tak segan berbagi Ilmu dan Nutrisi yang telah dibuatnya pada Petani lain.
Dengan harapan, semakin banyak Petani yang mampu mengolah limbah secara mandiri dan terus meningkatkan Jumlah serta Kualitas hasil Panennya.
Dari Jumlah Kelompok Tani yang terus bertambah, aplikasi penggunaan Tekhnologi Bio Compound secara otomatis turut menyebar dengan cepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.