Ditulis Oleh Editor
Susi Ambar Rukmi
Sidoarjo - Tidak ada yang pernah ingat, apa saja yang telah di buang ke tempat sampah, yang kemudian berakhir ke TPS.
Misalnya:
* Sampah Sayur
* Bungkus makanan
* Plastik
* Botol minuman kemasan
* Pakaian bekas dan lainnya
Dimana kesemuanya, bercampur menjadi satu di TPS, tempat favorit perkembangbiakan lalat, berbau menyengat.
Dipenuhi tumpukan Sampah yang menggunung, akibat kurang efektifnya TPS 3R, serta minimnya kesadaran Masyarakat dalam mengolah Sampah rumah tangga.
Minimnya Produk ekologis di masyarakat, memicu sedikitnya sampah yang bermanfaat.
Saat ini terdapat lebih dari 60% Sampah Organik.
Sementara Pengolahan Sampah yang tidak tepat, memicu timbulnya Gas Metan, yang kemudian menyebarkan aroma tidak sedap.
Sedangkan diperlukan solusi aman, cepat, mudah, ekonomis dan berkelanjutan.
Memilah sampah tidaklah sulit dilakukan, tetapi manusia sebagai mahluk modern yang serba instan di zaman ini, cenderung memiliki ketergantungan pada kemasan sekali pakai.
Meski tidak sedikit TPST yang memiliki alat serta mesin canggih senilai ratusan juta, hingga miliaran Rupiah.
Ditambah biaya operasional, serta biaya Perawatan yang tidak sedikit.
Tetapi tekhnologi bernilai fantastis tersebut, belum mampu menyelesaikan urusan Persampahan dengan Solusi nyata.
Sebab hanya digunakan di awalnya saja, serta tidak benar-benar diaplikasikan.
Namun tidak perlu lagi ragu, untuk mengolah sampah organik sendiri.
Melalui Penggunaan Bio Compound, memungkinkan pengolahan Sampah organik langsung menjadi tanam.
Sebab itulah dibutuhkan penggunaan Tekhnologi Bio Compound dan Mikro organisme.
Selain kerja keras seluruh pihak.
Teknologi ini menggunakan bantuan mikroorganisme lokal dan materi organik yang memungkinkan pengolahan sampah organik langsung menjadi tanam.
Tanpa harus menunggu selama berminggu-minggu maupun berbulan-bulan.
Metode mengolah sampah organik menggunakan Tekhnologi Bio compound
TPST Kota Sidoarjo Jawa Timur, menjadi salah satu wilayah TPST di Indonesia yang sudah mampu mengolah sampah secara mandiri.
Menebar Bio Compound merupakan Metode paling sederhana, sekaligus satu-satunya cara untuk meraih jalan Pengampunan dari Semesta, guna Membayar Karma Buruk Manusia Terhadap Alam.
Meski tak sedikit upaya-upaya jahat yang dilakukan oleh segelintir orang yang tidak rela.
Tetapi tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan
Sebab pada hakekatnya Semesta, adalah pemilik segala sesuatu akan ada dan yang tiada, Maha Kuasa dari segala yang paling Kuasa, pencipta langit dan Bumi, berikut seisinya.
Maka jika Semesta telah berkehendak, tak ada satupun logika, akal sehat Manusia, berikut Tekhnologi modern canggih, bahkan cara-cara kuasa kegelapan bekerja, yang mampu mengusik-Nya.
Tambak Udang Milik Peternak Ikan Bandeng Air Tawar di Wilayah Sidoarjo Prov. Jawa Timur, Indonesia
Pada tahun 2016, Sidoarjo Jawa Timur
Mengalami dampak arus Lumpur yang berasal dari Porong Lapindo.
Turut membunuh Milfish dan Udang, yang pernah menjadi Komoditi terbaik yang dihasilkan oleh kota ini.
Tetapi aliran Lumpur yang mengandung logam berat, seperti Mercuri, telah mempengaruhi kualitas air dalam Tambak.
Sebab sampai hari ini, pihak-pihak/pelaku Bisnis yang menyengaja terjadinya kerusakan lingkungan tersebut, terkesan tidak peduli, dan sibuk menghasilkan sebanyak mungkin keuntungan serta kepemilikan atas Sumber Daya Alam dan Energi, meski melalui cara-cara manipulatif.
Demi keuntungan pribadi, kelompok dan golongan, tanpa benar-benar berupaya menanggulangi, guna memecahkan masalah yang mereka perbuat, sekalipun tak sedikit orang yang juga turut dikorbankan, sampai hari ini.
Dimana bukan hanya Lumpur beracun yang berpotensi membelah pulau Jawa menjadi dua bagian yang lebih kecil lagi, agar terbentang jarak, lautan lumpur luas dari Timur ke Barat.
Sebagaimana hal tersebut sengaja dibuat oleh Manusia itu sendiri, melalui tangan-tangan usil hasil rekayasa pemikiran, serta konsep - konsep pemikiran manusia yang dengan sengaja menantang-nantang Alam.
Tetapi juga memaksa warga setempat berikut seluruh makhluk hidup didalamnya, mati secara perlahan-lahan, menghirup racun yang kadung menyebar memenuhi penjuru udara.
Tetapi tidak demikian halnya dengan Alam, yang tidak pernah berhenti bekerja dan terus menerus memberikan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh Manusia secara melimpah dan berkecukupan tanpa pernah mengeluh, sekalipun Manusia angkara, berlaku demikian.
Belajar dari situasi tersebut
Peternak Budidaya Hewan tambak, termotivasi untuk mencari solusi dalam memecahkan masalah lingkungan hidup terparah sepanjang sejarah Negara ini.
Para Peternak Udang memutuskan beralih pada ikan Bandeng dan ikan Mujair, yang secara alami sanggup bertahan hidup dengan kualitas air yang buruk serta dapat tumbuh lebih cepat.
Tambak Udang Milik Peternak Ikan Bandeng Air Tawar di Wilayah Sidoarjo Prov. Jawa Timur, Indonesia
Dengan memanfaatkan sampah organik yang berasal di TPS Sidoarjo Jawa Timur.
Dari Limbah Sampah organik yang berasal dari TPS Sidoarjo tersebut.
Plankton Pakan Udang dan Ikan Dari Olah Limbah Sampah Organik TPST Sidoarjo Prov. Jawa Timur, Indonesia
Peternak hewan tambak yang secara berkesadaran, ingin turut berkontribusi merawat Bumi melalui cara - cara paling sederhana, dengan mengolah kembali sampah-sampah yang dihasilkan oleh Manusia itu sendiri.
Agar kembali berdayaguna bagi makhluk hidup lainnya.
Dan membuat Plankton Pakan Udang serta Bandeng, tambak miliknya, yang berasal dari olahan yang terbuat dari campuran:
* Tekhnologi Bio Compound dengan
* Konsorsium MOL
* Kotoran Sapi segar
* Potongan cincang Batang Pisang dan
* Sampah organik
Remah Potongan Batang Pisang Cincang
Remah potongan batang pisang cincang, berfungsi sebagai filter agar air tambak tidak keruh.
Kombinasi pakan disertai perawatan yang baik, akan menambah imunitas hewan ternak di tambak.
Hingga seorang Pemilik Tambak Ikan Bandeng di Kota Sidoarjo, Jawa Timur.
Kembali berhasil membudidayakan Tambak Udang, dengan varietas yang telah lolos uji coba.
Serta terbukti tidak mengandung Mercuri, dilengkapi sertifikat berstandar ekspor, di Pasar Jepang.
Tambak yang menggunakan Poly-Culture seluas 20 hektare kolam tersebut.
Menggunakan Tekhnologi Bioproces dengan Tekhnologo Bio Compound
( Konsorsium Mikroba ) dan Pupuk Kandang, berupa:
* Kotoran Sapi segar
* Rumen
* Batang Pisang Cincang, dan
* Sampah Organik yang berasal dari TPS Kota Sidoarjo
Dengan memanfaatkan gerakan ikan sebagai sumber oksigen bagi Udang serta sampah organik sebagai pakan Ikan, tanpa perlu lagi menggunakan filter air maupun penggunaan Pompa.
Proses dekompresi menciptakan kualitas air yang lebih baik dan jernih dengan Pakan Ikan dan Udang yang lebih sehat.
Pemilik tambak, juga menggunakan obat herbal untuk mengobati hama penyakit pada Udang serta mengatur salinitas air pada Ikan.
Berdasarkan hasil penelitian Tim Ahli Tekhnologi Bio Compound di lapangan
Ikan berumur 2 bulan, mati tergantung di pohon sekitar kolam akuakultur Ikan bandeng dan Udang Vannamei, Sidoarjo, Jawa Timur terlihat utuh seperti Ikan yang di awetkan
Biasanya ikan akan membusuk dimulai pada bagian mata, setelah 2 hari di dalam suhu.
Setiap Musim
Tekhnologi Bio Compound lebih banyak dibutuhkan untuk menurunkan suhu air dalam Tambak.
Kolaborasi antara Peternak hewan Tambak dengan Pemerintah Daerah.
Membuat 70% Peternak Sidoarjo mendapat manfaat dari Tekhnologi Bio Compound Produksi berkualitas.
Dengan 250 ton pemesanan konstan pertahun, berkapasitas produksi 500 ton pertahun.
Keadaan mungkin sangat sulit, karena tidak semua yang terjadi selalu baik, tetapi yang pasti, kekuatan Kasih-Nya, telah menjadi milik kita, bukan hanya milik saya dan anda, bukan hanya milik Petani dan saya maupun orang-orang terdekat saya saja.
Iman mengubah mimpi menjadi kenyataan
Tidak ada yang terjadi sampai seseorang percaya, bahwa hal itu mungkin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.