Sabtu, 24 Februari 2024

Bunga Desa

  Ditulis Oleh Editor


In Frame Sha Mantha
Photo Taken by Ngusman Solo



Bandung - Potensi Perkebunan Bunga di Indonesia, masih minim peminat serta lirikan dari para Petani, yang pada umumnya masih menyukai Palawija sebagai Produk hasil Bumi.

Selain Pasar Bunga yang masih terbatas diluar kebutuhan pokok.

Nilai Bunga masih dipandang lesu dikarenakan perlakuan Pasar yang berbeda, sebagaimana perlakuan Pasar Palawija yang dinilai berkecenderungan menjangkau konsumen secara meluas dan tak kenal batas.

Padahal jika Petani mau mengulik keistimewaan Bunga, terbuka peluang usaha yang jauh lebih besar peruntungannya.

Tentu dibutuhkan keberanian berspekulasi dalam bisnis.

Sebagaimana mata rantai bisnis yang sesungguhnya, berkaitan erat dalam suatu jaringan yang bersifat saling mengikat suatu jalinan hubungan yang kuat pada banyak hal lini kehidupan.

Seperti halnya relasi bisnis, maupun dalam hubungan berpasangan, pertemanan, hubungan kekeluargaan, kelahiran, kematian, serta simbol-simbol lainnya pada kehidupan keagamaan.

Selain sebagai bentuk perwujudan penghormatan terhadap Leluhur, Guru, para pendahulu, kakek nenek Moyang, dan banyak pemaknaan lainnya, yang tak kalah luas jangkauannya dari Pasar Palawija. 

Namun demikian, setiap tanaman adalah unggul, di mulai dari tanah tempatnya tumbuh, benih dimana semesta menyemai, hingga berbunga, bahkan saat berbuah dan ber-rasa.

Sebab makanan bukan hanya terletak pada Jasmaniah saja tetapi juga Jiwa perlu makanan-makanan Roh/Spirit, guna menghidupkan Semesta.

Tentu kepuasan batin tiada mengenal batas, sebagaimana Manusia adalah makhluk yang bebas, yang memiliki kehendak bebas.

Bahkan jika rasa tidak bahagia harus muncul dan membuat Cinta harus bersedih, maka biarkanlah.

Untuk hidup, segala sesuatu harus utuh.

Ada Yin dan ada Yang

Maka terjadilah kejadian/suatu peristiwa.

Seluruhnya membutuhkan dualitas, begitulah guna menikmati Dunia.

Ada siang dan ada malam, untuk terjadinya hari, adanya peristiwa dalam satu hari.

Ada gelap dan ada terang, untuk terjadinya suatu kejadian.

Ada dingin dan ada panas, maka terjadilah suhu / temperatur.

Ada benar dan ada salah, untuk suatu teladan yang perlu di contoh, agar tidak salah dalam berperilaku hidup.

Ada atas dan ada bawah, ada kuat dan ada lemah, ada kanan dan ada kiri.

Sebab begitulah adanya dualitas yang dibutuhkan untuk terjadinya peristiwa keseimbangan Alam Semesta Raya.

Itulah ilmu Kenyataan yang Sejati, bukan ilmu angan-angan.

Kenyataan yang Sejati

Tidak berubah tetap demikian adanya

Sebagaimana mestinya

Dulu sekarang sampai selama-lamanya

Kenyataan yang sejati, sudah semestinya dan demikian adanya

Sebelum Pikiran Saya lahir

Bahkan setelah Saya dan Pikiran Saya, sudah tidak ada lagi di dunia ini.


Aplikasi Tekhnologi Bio Compound Pada Kebun Mawar



Pak Agus, Petani Bunga Mawar Lembang, Bandung, Prov. Jawa Barat, Indonesia 



Perkebunan Mawar rumahan milik Pak Agus di wilayah Lembang, Bandung Prov. Jawa Barat.

Sebelum Menggunakan Tekhnologi Bio Compound :

Menghasilkan 300 Karangan Bunga terjual.

 

 

Kebun Bunga Mawar milik Pak Agus di daerah Lembang, Bandung Prov. Jawa Barat, Indonesia 



Sepanjang 6 Bulan masa panen, yang dalam sebulan, terdapat:

* 3-4 Bunga dalam 1 batang berkualitas A dengan panjang kurang dari 80 cm

Berharap perubahan datang dengan hasil yang lebih baik.

Pak Agus kemudian mencoba mengaplikasikan penggunaan Tekhnologi Bio Compound pada Kebun Mawarnya.

Yangmana sebelumnya, hanya menambahkan media tanam tiap satu tahun sekali.

Ia pun mulai menambahkan Media Tanam yang berasal dari:

* Olah sampah organik, yang dicampur dengan

* Tekhnologi Bio Compound

Melalui Metode Penggunaan Sederhana

Pak Agus mengaplikasikannya, setiap satu bulan sekali, dengan cara:

* Meletakkannya, 20 cm di atas permukaan tanah

Campuran Tekhnologi Bio Compound, menstimulasi pertumbuhan akar baru sekaligus mencegah Hama pada akar.

Serta menghasilkan perkecambahan yang lebih cepat.

Dalam 2,5 bulan : 

* Terjual 1000 karangan bunga mawar

* Nilai Produksi naik sebanyak 300%

* Biaya Produksi turun hingga 50%

* Bunga berwarna lebih cerah

* Ukuran Bunga yang lebih besar dari sebelumnya

Bahkan Dalam satu batang pohon Mawar ditumbuhi :

* 8-10 Bunga

* 100 meter panjang batang ber grade A+

Sehingga Bunga tetap segar, setelah cukup lama dipetik.

Masih tidak tertarik mencoba peruntungan berkebun Bunga?

Jika berubah pikiran, tim ahli kami, siap melayani dengan memberikane pelatihan, secara lebih spesifik, sederhana dan tepat guna.

Selamat bergabung dalam kompetisi!




Tanam Sekali, Panen 3x

Ditulis oleh Editor 

 

In Frame Sha Mantha 




Disadari maupun tidak, penggunaan PESTISIDA terlanjur melekat pada kehidupan Pertanian Indonesia.

Tak terkecuali di kalangan Petani Sayuran yang notabene hidup dan tinggal menetap di lereng-lereng pegunungan.

Tanpa menyadari dampak dan ancaman hebat yang ditimbulkan.

Kehidupan Petani yang sehari-hari sebatas menjalani roda perputaran perekonomiannya di kebun, rumah, mengolah lahan dan ternak.

Tentu masih minim pembekalan pengetahuan akan hukum sebab akibat dari penggunaan Pestisida secara berkala.

Kami tidak membangun narasi untuk menakut-nakuti seperti halnya Politik, tetapi tugas kami melayani Semesta, menjaga Bumi pada keberlangsungannya.

Sehingga yang kami lakukan tidak lagi cukup sekedar dengan tindakan.

Tetapi manusia di zaman sekarang, harus ada bukti baru percaya, tentu kami pun hidup sesuai zaman perubahan saat ini.

Pernahkan anda berpikir, jika sumber - sumber mata air di lereng-lereng pegunungan telah tercemar limbah Pestisida dan mengandung Mercury?

Apa itu Mercury, Petani pun bisa jadi tidak memahaminya.

Apakah anda tidak mengkonsumsi air setiap hari? 

Apakah anda yakin, jika air putih yang setiap hari kita konsumsi 100% murni dan sehat?

Bahkan air putih yang anda konsumsi terasa berat saat anda meminumnya.

Sehingga berat badan/obesitas mudah menyerang, tak sedikit bahkan bayi sejak lahir mengalami gangguan kesehatan seperti mengidap Jantung bocor, kanker bawaan.

Belum lagi rentannya tubuh wanita sehingga mudah mengidap kanker serviks dan telah merenggut banyak nyawa.

Gelombang Buruh dan Pekerja yang mudah terserang penyakit Paru - Paru, sedangkan anda dan mereka tidak merokok.

Apa yang terjadi apabila tingkat keasaman air terus menerus meningkat?

Sejauh apa kita mampu berpikir betapa pentingnya Bumi untuk ditempati bagi seluruh makhluk hidup?

Mengapa bermunculan virus-virus baru dan bakteri.

Kenapa tubuh orang Indonesia begitu mudah terserang kanker dan rentan terhadap berbagai penyakit?

Belum lagi jumlah pasien rumah sakit yang terus meningkat bukan menurun setiap harinya.

Berdasarkan hasil survei tim kami di lapangan, ada sebanyak 400 pasien berobat jalan ke rumah sakit provinsi setiap harinya, tidak terhitung jumlah pasien rawat inap, di satu rumah sakit umum daerah di seluruh Indonesia.

Anda perlu tau mengapa bisa demikian cepat orang-orang terdekat anda pergi meninggalkan anda, lantas apa sebenarnya penyebabnya?

Sedangkan orang-orang di sekeliling anda atau bahkan anda sendiri telah menerapkan pola hidup sehat.

Tetapi faktanya, jumlah angka kematian mendadak akibat serangan Jantung masih menjadi angka kematian tertinggi di Negara ini, bahkan sampai hari ini.

Jika semua masalah ini anda politisir, untuk kepentingan penguasa, sedangkan anda tidak memberikan solusi apapun, tanpa tindakan apapun.

Alam pun tidak akan diam saja.

Sedangkan sifat kami murni melayani melalui tindakan nyata, dengan merawat lingkungan beserta seluruh ragam Hayatinya.

Dan semoga seluruh makhluk hidup berbahagia.

Ini bukan berati untuk mencari siapa yang salah dan siapa yang paling benar.

Apa dan seperti apa yang benar dan salah, tidak ada siapapun yang pernah mengetahuinya.

Jika semuanya sudah serba terbalik-balik sekarang.

Tidak ada yang perlu dihakimi dan tidak ada apapun yang dapat mengukur kebenaran itu sendiri.

Alam telah memberi segala apa yang dibutuhkan oleh Manusia, tanpa pernah meminta imbalan apa-apa.

Maka sudah layak dan sepantasnya jika Manusia berterima kepada Alam Semesta.

Rawatlah Bumi, jaga Lingkungan tempat kita hidup dan tinggal dengan cara membangunkan kesadaran diri, dimulai dari dalam diri individu masing-masing.

Manusia adalah makhluk yang bebas, maka saya tidak dapat memaksakan kehendak pribadi.

Sehingga cukup disadari dan alami sendiri.

Pada dasarnya semua orang berkompetisi dalam setiap lini kehidupan dan semua orang berhak untuk berkesempatan.

Lantas apa kompetisi serta kontribusi yang anda berikan untuk Bumi?

Saya menyadari tidak akan pernah mampu melayani Semesta seorang diri, untuk itulah saya butuh semua orang untuk bersama-sama melayani Semesta.


Petani Sayuran di Lembang, Bandung, Prov. Jawa Barat 

 





Petani binaan kami di wilayah Lembang, Bandung Jawa Barat.

Berhasil menanam sayur brokoli, yang menghasilkan 3x panen dengan harga jual sekitar Rp. 25.000/kg.






Batang tidak busuk serta minim serangan hama meski tanpa pestisida.




 


Media tanam dari campuran Kohe Sapi yang sudah disemprot Bio Compound, sekam, sekam bakar dan kulit kopi.

Berupa:

* Sampah pengolahan Petani kopi saat proses tanam dan olah

*' Campuran Tekhnologi Bio Compound


 



Menghasilkan kualitas Rasa batang Brokoli yang manis dan berwarna hijau segar serta awet saat disimpan di dalam lemari pendingin.

Berikut beberapa jenis Tanaman sayuran hasil Uji coba tim ahli Tekhnologi melalui sistem tanam dari kebun masing-masing.



Uji Coba pada Sayur Kangkung menggunakan aplikasi Tekhnologi Bio Compound 
Hasil: dapat dilihat pada gambar
 


 

Uji Coba pada Daun Kemangi menggunakan aplikasi Tekhnologi Bio Compound 
Hasil: dapat dilihat pada gambar 




Uji Coba pada Sayur Bayam menggunakan aplikasi Tekhnologi Bio Compound 
Hasil: dapat dilihat pada gambar 







Jumat, 23 Februari 2024

Potensi Kopi Indonesia di Pasar Internasional

 Ditulis oleh Editor

 

Susi Ambar Rukmi
                         Photo Taken by Rocky Pandapotan  
 
 


Biji Kopi Indonesia memiliki 33 varietas terbanyak di Dunia.

Dimana dalam setiap satu varietasnya, menghasilkan kualitas rasa yang berbeda, menyesuaikan kondisi tanah, tempat Ia tumbuh.

Sehingga dalam setiap biji-biji Kopi dari Varietas tersebut, memiliki keunikannya masing-masing, seperti rasa asam, sedikit asam, dan sangat asam, dari satu varietasnya saja.


 

Biji Kopi Indonesia 



Begitupun cara menikmati Kopi

* Bagi penikmat Kopi Sejati

Mereka berkecenderungan meminum kopi tanpa menambahkan apa-apa, agar tidak merusak rasa.

Selain menyaring bubuk biji kopi guna memisahkan ampasnya, kemudian menyeduhnya ke dalam air mendidih, baru menuangkannya ke dalam cangkir dan meminumnya sedikit demi sedikit di beberapa aktivitas si penikmat.

* Bagi penikmat Kopi paling tradisional

Meski tidak menambahkan gula sebagai bahan campurannya.

Para tua-tua terdahulu, memiliki cara unik dalam menikmati biji-biji Kopi yang telah disangrai bersama campuran irisan kelapa, maupun cengkeh dan juga beras.

Kemudian kesemua bahan ditumbuk hingga halus, baru setelah itu direbus dan diseduh ke dalam gelas, dinikmati bersama bubuk ampas air seduhan Kopi.

Sosial Budaya  

Selain untuk menghalau rasa kantuk, minum Kopi membudaya di kalangan Masyarakat pekerja kelas menengah atas, yang sehari-hari bekerja di kantor - kantor Perkebunan yang menyebar di penjuru wilayah Indonesia.

Kopi sangat umum dihidangkan sebagai air suguhan bagi tamu di kalangan para pekerja kantor perkebunan yang notabene kaum priyayi intelektual Jawa penyuka rasa Kopi manis.

Sehingga Kopi tidak mengenal sekat batas status sosial ekonomi, sekaligus dapat dinikmati secara bebas dan terbuka oleh pekerja kelas bawah seperti halnya para Buruh, Petani, maupun Pekerja Perkebunan kasar, yang juga memiliki kecenderungan meminum Kopi dicampur gula.

Sehingga menikmati Kopi, dapat menjaga hubungan antara Budak Fisik dengan Budak Ekonomi.

Dimana Budak Ekonomi mendapatkan tempat tinggal dan fasilitas-fasilitas didalamnya.

Sedangkan Budak Fisik, memperjuangkan sendiri kepemilikan atas seluruh assetnya.

Sekalipun para Investor, baik itu Kapitalis dan Sosialis, memegang peranan dalam kontrol Kekuasaan Pemerintahan.

Keduanya tidak mampu merubah apapun atas hubungan tersebut.

Kesimpulannya

Ada dan tidaknya si Miskin maupun si Kaya.

Kopi bukan benda yang dapat di Monopoli perdagangannya, sekalipun strategi pemasaran dan tengkulak berupaya merusak harga dipasaran.

Sebab pada kenyataannya

Semua orang mampu menikmati secangkir Kopi bahkan berbagi secangkir Kopi dengan teman yang lain.

Lalu apa yang dilakukan Petani ketika mempunyai ladang tandus dan tidak menghasilkan pendapatan?

Ia tidak mengeluh tentang hal itu

Tapi Ia keluar, mulai menanam benih, karena tidak akan terjadi apa-apa, sebelum dia menanam benih tersebut.

Segala sesuatu dalam hidup dimulai dari benih; dalam relasi, pernikahan, bisnis, dll.

Dan tidak akan terjadi apa-apa sampai benih itu ditanam.

Inilah prinsip menabur dan menuai.

Kapan pun kamu memiliki kebutuhan, tanamlah benih, yaitu hidupmu dan yang ada didalamnya, lalu garap dalam anugerah Semesta.

Maka melalui tindakan ini.

Semesta akan berkahi dan membuahkan hasil dalam hidupmu.



Dokumentasi Songsong Echo Product 



 

Pak Yosef, Petani Kopi rumahan di wilayah Lembang, Bandung Prov. Jawa Barat, contohnya.

Ia mengolah lahan Kopi seluas 6 hektare miliknya, yang terdiri dari 12.000 pohon Kopi varietas Caturra dan Typica, dengan hasil Produksi sebanyak 1-2 ton Kopi, pertahunnya.

Untuk olah tanah serta perawatan Pohon Kopi miliknya, Pak Yosef menggunakan Tekhnologi Bio Compound.

Dalam beberapa bulan mulai terlihat perubahannya.

Tiap 1 Pohon Kopi ditumbuhi 100 ranting dengan 1 Tandan berbuah sebanyak 30 butir.

( 18 butir pada umumnya)

Terdiri 500-550 Butir Biji Kopi dari jumlah umum perkilonya.

Menjadi 600-650 Butir Biji Kopi saat ini, serta menghasilkan kualitas biji Kopi yang lebih keras dan padat.

Serta masa hidup Pohon lebih panjang karena Pohon mendapat Nutrisi sesuai kebutuhan.

Melalui metode Perawatan dengan cara menyemprotkan Tekhnologi Bio Compound ke tanah serta daun.

Akar tumbuh sehat, tanpa Hama dan  jamur

Sementara untuk Pupuk

Pak Yosef memanfaatkan Limbah Kopi, Urin Sapi, plus Kotoran ayam serta gabah kering.

Ia pun tak segan berbagi Ilmu dan Nutrisi yang telah dibuatnya pada Petani lain.

Dengan harapan, semakin banyak Petani yang mampu mengolah limbah secara mandiri dan terus meningkatkan Jumlah serta Kualitas hasil Panennya.

Dari Jumlah Kelompok Tani yang terus bertambah, aplikasi penggunaan Tekhnologi Bio Compound secara otomatis turut menyebar dengan cepat.

Kamis, 22 Februari 2024

Jangan Lelah Mencintai BANGSA Ini

 

In Frame Sha Mantha
Photo taken by Lawerrisa 


Mewarisi keberanian yang kadung mengaliri Jiwa Patriotisme semangat juang Kemerdekaan Republik Indonesia

Di awal Perang Diponegoro tahun 1825 yang berlangsung hingga tahun 1830

Wanita renta berusia 73 tahun bernama Raden Ajeng (RA) Kustiyah Wulaningsih Retno Edhi.

Memimpin pasukannya menggunakan tandu selama jalannya Perang Diponegoro dalam melawan VOC Belanda.

Ia bahkan diberi julukan Nyi Ageng Serang

Oleh VOC yang menggambarkan sesosok Wanita Kejam Pada diri Panglima Perang Wanita yang juga berperan ganda sebagai Penasehat Sri Sultan Hamengkubuwana II selama Perang berlangsung.

Sebagai Putri, Pangeran Natapraja yang notabene Panglima Perang Sultan Hamengkubuwana I, yang memerintah Kesultanan Yogyakarta ( 1755 - 1792 ).

Tentu bukan suatu kebetulan

Ia terlatih sedemikian rupa bahkan dikala memasuki usia senja dan sudah tidak produktif lagi untuk turun ke Medan pertempuran.

Tak peduli kondisi Jasmani saat itu berkata apa.

Tentu diluar perhitungan VOC Belanda yang diboncengi oleh beragam kepentingan monopoli dagang untuk dapat menerima fakta.

Bahwa mereka bukan hanya kalah telak, dalam hal strategi Militer tetapi juga harus menelan pil pahit.

Kehilangan materi dalam jumlah besar, yang menyebabkan kebangkrutan hebat, didalam tubuh perusahaan dagang Multinasional yang didirikannya secara matang di tahun 1962 silam.

Tak mengherankan apabila dampak dahsyat tersebut menimbulkan berbagai kontradiksi di dalam penerimaan akal sehat Kaum Bangsa Kulit Putih yang memuja modernisasi persenjataan canggih.

Bukankah itu sangat memalukan?

Membawa pulang kabar kurang baik pada sejumlah pendana peperangan yang terlanjur menginvestasikan uang dalam jumlah besar untuk menghadapi Bangsa Primitive?

Lantas mereka membuat rekayasa pikiran hasil konsep-konsep pemikiran mengenai suatu kelompok Islam garis keras dengan Pakaian khas Timur Tengah lengkap dengan Turban, layaknya suku Quraisy di Saudi Arabia.

Yang menolak tunduk terhadap penjajah dan melabelinya sebagai teroris yang harus di Brantas.

Semua sudah dipersiapkan sedemikian rupa dengan memanfaatkan Pribumi sebagai kekuatan untuk saling melawan.

Melalui sistem adu domba, dimulai dengan memukul mundur kekuatan Kesultanan Demak dibawah kendali Ratu Kalinyamat ( 1514, Demak-1579 ) di tengah perjuangannya melawan Portugis, di Semenanjung Malaka.

Ia di telanjangi di markas persembunyiannya di Jepara, dipaksa tunduk tanpa perlawanan yang berarti, sehingga bergabung dengan MATARAMAN ISLAM.

Semua hasil rekayasa Elite Global.

Dan VOC Belanda merancangnya, agar semua saling membunuh, tanpa harus repot-repot menggunakan kekuatannya sendiri dalam upayanya menghancurkan mental BANGSA INDONESIA, sehingga mudah dikontrol dengan menggunakan metode penyesatan yang tidak pernah ada didalam ajaran TUHAN.

Bahwa membunuh dan meminum darah orang kafir itu halal.

Untuk menghilangkan bukti-bukti sejarah Bangsa ini.

Belanda turut membakar seluruh Kitab Suci berikut menghabisi para misionaris Portugis lantas menghidupi kelompok Islam garis keras dengan cara-cara paling brutal.

Menjejalkan ajaran-ajaran penyesatan melalui penyebaran agama Islam radikal menggunakan kekuatan Tiongkok Mongol yang telah ditumpangi Sekte Nasrani dari Israel Yahudi.

Yaitu Sekte yang memaksakan Kebudayaannya ke dalam agama-agama dari Timur Tengah, dengan mendirikan Pondok Pesantren sebagai sarana pendidikan yang berbasis di Jawa Timur, sebagai tempat untuk mendidik generasi militan Islam Jawa garis keras/Intelijen Rahasia berkedok sekolah pendidikan keagamaan.

Dengan didasari kehendak Pribadi Pribumi Jawa yang ingin menjadi Raja dan penguasa setempat.

Pribumi yang menjadi kaya setelah memiliki jabatan dan kedudukan.

Pribumi yang menjadikan keluarganya sebagai pejabat menempati posisi serta kedudukan kedudukan.

Seluruhnya hasil Rekayasa Elite Global dalam memperalat Pribumi setempat agar mudah dipergunakan untuk saling membunuh satu sama lain.

Akan tetapi, dimuliakanlah Pangeran Diponegoro ( 11 November 1785 – 8 Januari 1855 ), beserta seluruh makhluk hidup yang telah berbahagia.

Yang secara sadar, melawan penyesatan kuasa kegelapan atas Roh jahat dari Bumi Nusantara dengan penyertaan Roh Kudus -Nya.

Ia telah dibangkitkan secara Roh dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan ajaran TUHAN Semesta Alam.




Foto Asli Pangeran Diponegoro 



 

Faktanya lagi

Wanita tua yang mereka sebut Nyi Ageng Serang itu berjuang di beberapa daerah, seperti di wilayah Purwodadi, Demak, Semarang, Juwana, Kudus dan Rembang.

Serta mengikuti pelatihan Kemiliteran dan strategi peperangan, bergabung bersama dengan prajurit pria lainnya.


Itu sungguh diluar dugaan!!

Benar pepatah bijak yang mengatakan, umur hanya soal angka.

Menurut keyakinannya.

Selama ada penjajahan di Bumi Pertiwi, maka  Ia harus siap tempur untuk melawan para penjajah.

Ia piawai dalam penyamaran, menggunakan lembu (daun talas hijau) untuk menyamar.

Sebagai Wanita berpengaruh di lingkup Negara Kesultanan Yogyakarta.

Ia juga berperan penting sebagai penasehat Sultan Sepuh / Hamengkubuwana II yang memerintah  Kesultanan Yogyakarta ( 1792 –1828 ).

Sehingga tetap terhubung dengan Negaranya, tanpa terbaca oleh pihak musuh, dibawah kontrol Pangeran Diponegoro selaku pemimpin Pergerakan bawah tanah.

Prambanan menjadi Markas terdekat untuk mendekat ke wilayah Yogyakarta sehingga Ia dapat dengan leluasa memimpin Perang Gerilya disekitar desa Beku, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta.


Selalu ada tragedi dibalik keindahan.

Pakubuwana VI yang adalah Susuhunan Nagari Surakarta kelima yang memerintah tahun 1823 – 1830.

Harus menanggung sasaran murka kaum Elite Global, yang tak mampu membendung kekesalannya.

Seketika menembakkan peluru senapan baker tepat di bagian dahinya, begitu tiba di tempat pembuangannya ( Ambon ), menyadari dukungan gagasan Perang Diponegoro datang darinya.

Dan setiap perbuatan, menghasilkan buah-buah Roh perbuatannya.

Secara garis besarnya, saya menulis secuil kisah yang bercerita, tentang bagaimana sulitnya merdeka bahkan dalam berpikirpun sulit hingga di masa sekarang.

Semoga bermanfaat untuk generasi mendatang dan dapat diterima dengan pikiran yang lebih terbuka.

Saat agama bukan lagi tempat yang menghubungkan antara manusia dengan Tuhan Semesta Alam tetapi alat untuk mencengkram Jiwa Manusia, sehingga otak Manusia lebih mudah diprogram, sesuai doktrin yang telah disiapkan.

Salam Perubahan

Tertanda

Sha Mantha

Menumbuhkan Padi dengan Limbah Organik

 

Ditulis oleh Editor


In Frame Sha Mantha 




Negara Swasembada pangan, tersisa cerita usang, saat Pemerintah Indonesia, masih mengimpor jutaan ton beras setiap tahunnya untuk pemenuhan kebutuhan pokok warganya.

Masyarakat kita yang masih belum makan jika belum makan nasi.

Bergantung sepenuhnya pada Petani Padi, dalam pemenuhan kebutuhan pokok setiap harinya.


 

Kelompok Petani Padi di wilayah Kab. Tulang Bawang Prov. Lampung Utara 


 

Dengan jumlah kebutuhan pokok yang terus bertambah disertai penyempitan lahan pertanian.

Lantas, masih adakah jalan untuk memaksimalkan produksi Padi namun tetap menjaga kualitas tanah dengan keanekaragaman hayatinya?


 

Uji Coba 1/4 hektar lahan oleh Kelompok Petani Padi di Wilayah Kab. Tulang Bawang, Prov. Lampung Utara 



1/4 lahan Pertanian Padi di wilayah, Tulang Bawang Prov. Lampung Utara, Indonesia

Yang semula menggunakan pupuk kimia 150kg; hanya mampu menghasilkan 1-1 yaitu sekitar 5 Ton beras.

Petani Padi di wilayah ini kemudian mencoba metode dari kami untuk peternakan sawahnya.

Dengan cara menggunakan sampah organik, berupa;

*Kohe Sapi Segar

* Batang pisang

* Daun dan sampah Pertanian yang diperoleh di sekitar, kemudian

* Di campur dengan Teknologi Bio Compound yang dikombinasikan dengan media tanam dalam melakukan percobaan

Hasilnya diluar ekspetasi!!

Setelah menggunakan bahan organik sebagai media pertumbuhan.

1/4 hektar lahan, mampu menghasilkan 3-4 Ton beras.

Selasa, 20 Februari 2024

Solusi Pangan Terintegritas

 

 

Oleh Songsong Eco Product

Editor Sha Mantha


 



Ada awal dan ada akhir, ada kelahiran dan ada kematian, ditengahnya adalah proses suatu kehidupan, yang di jalani dengan sederhana, dilengkapi Cinta Kasih, serta suka cita dalam berbagi, agar semua Makhluk berbahagia.

Alam adalah hadiah yang ramah, yang tidak berhenti memberi dan menyediakan seluruh kebutuhan Manusia di dalamnya.

Dan Manusia memiliki peran serta tanggung jawab besar untuk memeliharanya.

Selayaknya menggunakan sumber daya dengan bijak dan berbagi manfaat pada seluruh makhluk hidup di Bumi.

Dan menjaga ekosistem yang ada.

Namun kerapkali kita sebagai Manusia, kurang bersyukur dengan apa yang telah dimiliki, serta kurang memberi apresiasi akan keindahan disekitar.


Baca Juga: Dana Desa Menuju Desa Kreative Mandiri 

https://susiambar-rukmi.blogspot.com/2024/02/dana-desa-menuju-desa-kreative-mandiri.html


Hidup di Planet yang sama bernama Bumi dan menggunakan sumber daya sebagai sarana dalam kelangsungan hidup.

Tak jarang memicu rasa ingin memiliki terhadap Kekuasaan Kepemilikan, manipulatif serta eksploitasi.

Lantas lupa menghormati keindahan dengan merusak Alam.

Acuh terhadap Sampah yang Kita buang setiap harinya.

Sedangkan Manusia banyak berhutang pada Alam.

Hutang Manusia kepada Alam pun semakin besar.

Tentu tak mengherankan, terus berkurangnya hewan dan tetumbuhan.

Bumi kian panas, kualitas dan Produksi hasil Bumi terus menurun, air dan udara bersih makin sulit, makin banyaknya orang yang mengidap sakit fisik dan juga Mental.

Maka terus menanam adalah jalan sebelum terlambat.

Di mulai dari pribadi individu, yang berkesadaran untuk mengolah sampah dapur menjadi Media Tanam.

Dan untuk mengurangi sedikit, hutang tersebut. 

Kita dapat mengolah sendiri sampah yang Kita hasilkan setiap harinya.

Memanfaatkan sampah organik saat bertanam akan memberi kehidupan pada tanaman serta Mikro Organisme yang tidak terlihat tanpa bantuan alat.

Meski tidak sedikit orang yang merasa jijik saat melihat kotoran serta sampah.

Namun bagi Makhluk hidup yang lain.

Hal tersebut adalah bahan pangan yang dapat mendukung dalam menumbuhkan, serta memperbesar sumber Pangan bagi manusia. 

Seluruh Makhluk bahkan sekecil apapun, sangat bermakna sesuai fungsi masing-masing dan berperan besar bagi Makhluk lainnya.

Dan untuk menyadari keistimewaan yang di dapat dari Sang Pencipta, diperlukan proses serta tindakan Cinta Kasih kepada seluruh Makhluk.

Sebab begitulah cara Alam Semesta bekerja, melalui siklus yang berlangsung secara terus menerus.

Bagi yang berusia di atas 40 tahun

Bisa jadi telah merasa cukup menikmati dunia, mencicipi ragam hasil bumi, menghirup segarnya udara pagi, menyecap jernihnya air pegunungan, menyaksikan beragam tetumbuhan serta satwa Indonesia, merasakan sensasi bawah laut nan rupawan dan lain sebagainya.

Namun bagi generasi muda saat ini dan keturunan selanjutnya, belum tentu dapat menikmati, serta menyaksikan bagaimana rupa Bumi 40-50 tahun mendatang.

Sedangkan Populasi terus meningkat tanpa disertai pertambahan sumber daya alam yang terus menurun.

Maka layakkah untuk hidup, jika hanya berdiam diri tanpa berbuat sesuatu?

Setiap orang berperan untuk terlibat.

Sebab Alam membutuhkan Manusia.

Alam membutuhkan campur tangan Manusia, setidaknya kesadaran akan tanggung jawab untuk merawatnya.

Dimulai Peduli terhadap Bumi.

Dengan tindakan mengolah sendiri sampah yang ada, dalam upaya merawat kualitas tanah dan air, serta memberi kehidupan layak bagi Makhluk hidup lainnya.

* Sosialisasi Sampah Organik Tingkat Rumah Tangga 

Sebagai Manusia, Kita melakukan banyak aktivitas, untuk memelihara tubuh sebagai tujuan akhir.

Seperti Makan, mengemudi, bekerja, tidur, dan sebagainya, yangmana dalam seluruh aktivitas tersebut, menghasilkan Sampah setiap harinya.

Seperti Sampah makanan, sampah energi, emisi Karbon, air limbah, sampah elektronik, sampah plastik, puntung rokok, hingga bahan Kimia dan Sampah berbahaya lainnya.

Sementara banyak dari kita, terutama di daerah Perkotaan, membeli produk instan, menggunakan plastik, hasil temuan besar sekitar tahun 1907, sebagai kemasan secara berkala.

Dikarenakan lebih murah, efisien, mudah ditemukan; dengan bentuk serta modifikasi ringan saat di bawa kemanapun.

Plastik yang semula dibuat dari bahan-bahan Organik seperti selulosa, minyak mentah, batu bara, gas alam dan garam.

Di masa kini sebagian besar dibuat dari bahan molekul-molekul Karbon.

Melalui proses penyulingan serta pemisahan dengan mengubah bahan alami ( Karbon dan Hidrogen ) menjadi bahan buatan non organik, dikarenakan Manusia kesulitan mengembalikannya pada Senyawa semula.

Masalah Sampah perlu solusi, dari hulu hingga ke hilir, melibatkan semua pihak.


Baca Juga: Neutron Limbah Kohe 

https://susiambar-rukmi.blogspot.com/2024/02/briket-neutron-limbah-kohe.html


Saat ini dengan bantuan Tekhnologi Konsorsium MOL Bio Compound.

Tim kami secara berkala menggunakan metode penggunaan Tekhnologi Bio Compound.

Sebagai Tekhnologi Bio proses, menggunakan Konsortia Mikrobia, sehingga hemat Biaya, cepat, aman, mudah diterapkan, serta berkelanjutan, tanpa menimbulkan aroma busuk.

Sehingga siapapun dapat memanfaatkan semua bahan sisa makanan serta Sampah, baik yang berasal dari makhluk hidup, maupun yang pernah hidup, untuk di olah secara seketika.

Yaitu saat itu juga, di olah merata menggunakan Tekhnologi Bio Compound sehingga segera bermanfaat.

Semakin halus cincangan sampah organik, maka semakin cepat terurai.

Melalui beberapa bahan, seperti sisa makanan yang dapat di olah kembali menjadi beberapa manfaat menggunakan metode ini.

* Olah Sampah Tingkat Rumah Tangga

Tim kami memberi pelatihan pada siapapun yang bersedia mengubah pola gaya hidup konvensional menjadi ekologis serta mengubah cara dalam berpikir.



Kunjungan tim ke salah satu kediaman anggota Bank Sampah di wilayah Pamulang, Tangerang Selatan.


 

Dalam rangka pelatihan olah sampah organik menjadi Media tanam menggunakan Teknologi Bio Compound.

Warga setempat antusias mengikuti pelatihan dengan membawa sampah organik dari dapur masing-masing.

Tekstur kotoran Sapi dengan aroma khasnya tidak lagi berbau serta mudah di olah menjadi Media tanam, setelah di campur Bio Compound dan Sampah organik yang ada disekitar Desa.

Seluruh peserta pelatihan juga dapat membawa pulang bibit yang di tanam, dengan Media Tanam metode Tekhnologi Bio Compound, menggunakan kotoran Sapi segar dan Sampah Organik.

 

Baca Juga : Olah Sampah Menjadi Biowash https://susiambar-rukmi.blogspot.com/2024/01/olah-sampah-menjadi-biowash.html

 

* Pupuk, bahan yang mengandung unsur pilihan seperti N, P, K, Kalsium, dll

Setelah sampah organik diolah, akan dipakai oleh masyarakat lokal setempat, dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

Tujuannya agar Desa Kreative dan Mandiri, selain itu bisa untuk dijual lagi maupun dipasarkan ke lingkungan Masyarakat sekitar/ Desa sekitar serta pasar E-commerce.

Melalui berbagai metode pemasaran, menyesuaikan zaman perubahan, seperti saat ini.

 

Produk kelompok Peternak Obor Desa Organik Sukajaya ( ODOS):

https://tokopedia.link/XZoifvF2hHb

 

* Kompos

Sampah yang umumnya berisi sisa makanan dan minuman, air bekas cucian bahan makanan dan tinja.

Adalah sampah organik yang berasal dari dalam Rumah Tangga yang merupakan sumber sampah terbesar yang berakhir di TPA.

Metode komposting saat ini, masih belum ada yang mampu mengolah sampah organik seketika dengan aplikasi nyata.

Setidaknya membutuhkan waktu 2-3 minggu hingga aman digunakan.

Dengan bahan Organik yang masih perlu dipilih dan kadang masih harus dibersihkan terlebih dahulu dari Kontaminan.

Sehingga diperlukan solusi cepat, aman, mudah dan ekonomis serta berkelanjutan.

* Media tanam seketika untuk tanaman sehat


Songsong Echo Product


Berbagi pengetahuan dengan mengajar adalah satu dari cara kami dalam upaya membangun kesadaran Manusia saat ini.

Pelatihan olah sampah menjadi Media tanam seketika secara ekologis merupakan salah satu kelas yang kami berikan guna membangun kesadaran awal.

Kami memberi pelatihan membuat Media tanam seketika menggunakan sampah dapur dan sampah dedaunan pada Guru Pengajar di salah satu Sekolah swasta, di Bandung, Jawa Barat.

Guru Pengajar nantinya akan mengelola tim untuk mengajarkan metode ini bersama murid-murid Sekolah dengan membuat program nyata berbasis lingkungan dan berkelanjutan.

Sedangkan untuk menanggulangi masalah sampah, rumah tangga sebagai penyumbang terbesar sampah yang berakhir di TPS.

Saat ini, sudah ada teknologi, menjadikan sampah, sebagai media tanam seketika, menggunakan Tekhnologi Bio Compound.

* Sebagai Pakan Ternak dan Air Minum

Kehadiran Tim Bio Compound dalam berbagi solusi integritas Peternakan Sapi Perah.

Berhasil memperkenalkan penggunaan metode ekologis melalui penggunaan Teknologi Bio Compound sebagai Pakan dan air minum.

Pakan akan tercerna dengan baik dengan kotoran yang lebih halus serta bermanfaat untuk dijadikan sebagai campuran media tanam, kompos maupun Pupuk.

Aplikasi Bio Compound pada hewan ternak, mulai diterapkan pada peternakan Babi Di wilayah Desa Taro Tegallalang, Gianyar Bali melalui metode Semprotan.

Tekhnologi Bio Compound diaplikasikan secara merata, pada kandang hewan ternak, sehingga dapat mengurangi kontribusi emisi gas metan yang berasal  dari kotoran hewan ternak serta sisa pakan.

Bio Compound membantu hilangkan aroma tak sedap yang berasal dari  kotoran serta menurunkan suhu ruang di dalam kandang Hewan ternak sehat, Peternak sehat, lingkungan sekitar juga sehat.

 

Kelompok Peternak Obor Desa Organik Sukajaya ( ODOS) : linktr.ee/obordesasukajaya

 

* Pelatihan di Desa Cikoneng, Cileunyi, Bandung, Prov. Jawa Barat

Desa ini terletak di dataran tinggi

Memelihara Peternakan Sapi perah, menjadi sumber perekonomian utama warga setempat di Desa ini.

Tetapi minimnya kesadaran untuk peduli terhadap lingkungan disertai kurangnya pemahaman jika setiap tindakan menimbulkan akibat, baik ke Peristiwa dan Makhluk hidup lainnya.

Selama ini Limbah Kotoran Sapi sebagian besar hanya di semprot air yang mengalir ke saluran air.

Sementara air yang bercampur dengan kotoran Sapi, mengalir ke dataran yang lebih rendah dan berakhir di Sungai.

Untuk itulah pentingnya Sosialisasi dan Pelatihan di Masyarakat.

Tetapi Pelatihan saja tidak cukup.

Supaya berkelanjutan, warga perlu melakukan aplikasi secara terus menerus terhadap Sampah mereka.

Sementara Tekhnologi Bio Compound saat ini, baru diproduksi di Bandung, melalui perhitungan harga perliter.

Menyesuaikan kebutuhan Petani maupun TPS skala Desa, Peternakan, dll.

Kemudian dikelola, baik itu oleh BUMDes, Lembaga-Lembaga, Swadaya, dll.

Sehingga secara terstruktural, melibatkan secara langsung Pemimpin - Pemimpin Komunitas yang ingin dilibatkan, melalui sumber pendanaan yang jelas, terukur serta tidak memberatkan pihak-pihak manapun, disertai harapan khusus, laporan keuangan, maupun pertanggungjawaban tertentu.

Untuk pendampingan penuh, dapat dilakukan melalui 3 ( tiga ) jenis kegiatan Desa, selama 3 ( tiga ) bulan.

Untuk kegiatan Sosialisasi di Bali misalnya, sebagai perwujudan pengaplikasian Peternakan, Pertanian dan TPS3R.

Sehingga sudah termasuk biaya pendampingan, Tekhnologi, drum, mesin cacah kecil, akomodasi dan transportasi

Sehingga Tim ahli, melakukan pendampingan sesuai dengan kebutuhan.

Di tahun 2024 ini, tim ahli tekhnologi dari kami, masih pendampingan di area Pulau Bali, sehingga untuk pendampingan di satu wilayah Desa, kami masih perlu melakukan pembagian waktu.

Sedangkan pendampingan, bukan sebatas pada tekhnologi saja, tetapi juga membangun pola pikir dan ekosistemnya.

Sehingga kami pun tetap berupaya membantu kelompok binaan kami agar dapat tetap hidup.

Untuk saat ini kami terbagi menjadi dua tim/kelompok:

* Dari sisi pengguna, sifatnya lebih subyektif, dan 

* Tim ahli, sehingga dapat bercerita secara keseluruhan dari sisi manapun.

Tanpa pertemuan/persamaan frekuensi, akan menjadi informasi dua arah yang sulit dimengerti.

Untuk itulah dibutuhkan sinergi dari seluruh elemen Masyarakat, guna menyatukan visi misi ini. 

Mari berdayaguna bersama-sama dalam mengisi pembangunan BANGSA INDONESIA yang Mandiri, sesuai adab-adab BHINNEKA TUNGGAL EKA.

Senin, 19 Februari 2024

Tanam Singkong 5 Bulan Panen


Ditulis oleh Editor


In Frame Sha Mantha
Photo taken by Puguh Rata Widura



Bandung - Tanam Singkong 5 bulan Panen

Menjadi jalan alternatif, di tengah kendala minimnya Lahan Pertanian di Indonesia.

Belum lagi tantangan dan beberapa faktor lain, seperti:

* Lahan tidak produktif

Mengolah Kembali Lahan Tidak Produktif

Kita kerap kali lupa darimana asal bahan Pangan yang kita konsumsi setiap hari.

Seperti apa saat di tanam, bagaimana cara merawatnya, diproses hingga dihidangkan di Meja Makan.

Lupa dengan budaya Makan, mengingat begitu mudahnya menjumpai berbagai bahan Pangan, di Pasar Swalayan maupun Pasar tradisional.

* Gagal Panen

Belakangan ini, banjir bandang melahap ratusan hektar lahan tanaman Padi siap panen di 4 wilayah kabupaten Prov. Jawa Tengah, 5 hari sebelum dilaksanakannya Pemilu Pilpres periode 2024-2029 yang jatuh pada 14 February 2024 lalu.

Bukan sesuatu hal yang mengagetkan, ulah Manusia jugalah, rupa-rupa bencana alam diciptakan, sebagai bentuk unjuk rasa ketidakpuasan atas sesuatu hal.

Berdalih kekhawatiran akan jebolnya pintu bendungan hilir yang berada di area Kedung Ombo, wilayah Kab. Boyolali Prov. Jawa Tengah.

Dengan dalih hujan mengguyur selama beberapa hari, sebagai pijakan dalam suatu tindakan, tak beradab, yang dilakukan secara sadar dan menyengaja, tanpa memikirkan dampak terhadap lingkungan sekitar.

Melalui cara-cara serta perhitungan yang tertata, kanal pintu air bendungan dibuka, kemudian air bendungan dialirkan ke wilayah Kab. Grobogan Jawa Tengah.

Tak ayal air bendunganpun meluap, mengarah menuju 3  wilayah perbatasan di Kab. Kudus, Kab. Demak dan Kab. Jepara, Prov. Jawa Tengah, terdampak Banjir bandang hebat.

Kemudian bantuan datang mengalir menyentuh warga terdampak Banjir yang ditampung di tenda-tenda darurat, disertai pemberitaan media massa nasional yang membesar-besarkan bencana, menjual penderitaan rakyat sebagai bahan tontonan masyarakat.

Sedangkan Petani dibiarkan menjerit didalam hati, gagal panen di tahun ini.

Hukum alam semesta tetap bekerja sekalipun menggunakan cara-cara halus, sehingga tidak akan ada kezaliman yang dapat bertahan lama di muka Bumi.

Jika Rakyat bertanya, kapan waktu yang tepat untuk melakukan "REVOLUSI SOSIAL?"

Jawabannya adalah jeda waktu antara hari kemarin dan hari esok.

Karena tangis dan air mata, kelaparan dan kemiskinan, penindasan dan kekecewaan Rakyat, tidak dapat dibiarkan berlarut-larut.

Mungkin saja setiap orang bisa kau kibuli, tapi hati nuranimu akan selalu tau, kelayakan peri-lakumu.

* Mafia Pupuk

Sudah bukan rahasia, pupuk masuk ke gedung DPR RI Senayan, dipolitisir, sebagai bahan materi anggaran pendapatan dan Belanja Negara Tahunan, kemudian dibagi-bagi menjadi lebih kecil-kecil lagi, sebelum akhirnya masuk ke kantong pribadi kelompok Partai Politik yang bermain didalamnya.

Sedangkan Petani tidak butuh Politik.

Bumi hanya ingin diperlakukan dengan welas asih.

Semesta meminta untuk dilayani dan Leluhur NUSANTARA menagih janji hutang Manusia pada alam agar segera dibayarkan.

* Ulah Tengkulak

Bagi pelaku Bisnis di dalam Negeri, tentu mencari Bahan baku dengan harga yang paling murah, menjadi syarat serta pilihan yang dituju, sebagai jalan alternatif dalam berbisnis di seputar lingkungan hidup Pertanian.

Sekalipun Petani menyadari, bahwasannya Tengkulak yang merusak harga di pasaran.

Sementara bagi pelaku Bisnis Luar Negeri, hal paling mudah untuk dapat memutar roda bisnis setiap harinya, tentu mencari Tengkulak, yang bertebaran dimana-mana.

Sedangkan pelaku bisnis bukan semata-mata berbisnis, tetapi juga bertindak sebagai pengepul, yang gemar menimbun bahan Pangan.

Sehingga bukan sebatas untuk dikonsumsi sendiri, tetapi untuk dijual kembali dengan harga tinggi di Pasar Internasional/Luar Negeri.

Uniknya lagi, bahan pokok tersebut, diimpor kembali ke Pasar dalam Negeri, sebagai ladang kehidupan yang menghidupi segelintir manusia angkara.

Pola dagang seperti ini, bahkan telah diterapkan sejak ratusan tahun silam, baik oleh Perusahaan Dagang Multi-Nasional pertama di Dunia milik Belanda,VOC yang berdiri tahun 1602.

Dengan East India Company (EIC) milik Britania Raya, yang telah hadir lebih dulu di London, Inggris sejak 31 Desember tahun 1600.

Menyusul persaingan bisnis para pedagang Rempah-Rempah Arab, beserta Saudagar berlian dari suku Abaji India, serta Pelaku Bisnis Kain Sutera berikut Rempah-Rempah dari daratan China.

Hakekat dari pola dagang seperti ini, masih sama sejak dahulunya, semata-mata untuk memonopoli Pasar Perdagangan Dunia.

Lantas saling adu kekuatan satu sama lain, dimulai pertikaian di jalur perdagangan, kemudian menaikkan mata uang masing-masing Negaranya, hingga menantang-nantang TUHAN ALLAH'nya.

TIDAK ADA PROGRAM untuk BERPERANG, kecuali DAMAI dan KESENANGAN.

* Peri-laku Petani itu sendiri

Sekali lagi, sekalipun Petani menyadari, ulah Tengkulak merusak harga di pasaran.

Tetapi karena membenci perubahan dan bertahan pada gaya hidup konvensional ketimbang ekologis: tanam, panen, jual.

Sebab akar rumput pola Pikir, Besok makan apa dan apa yang dimakan besok, terlanjur mengikat mental terjajah Bangsa Indonesia, yang sebatas berpikir seputar urusan perut saja, sehingga tidak merdeka dalam berpikir.

Dalam menanggapi jumlah permintaan yang meningkat, tak sedikit Petani yang berlaku curang, dengan menjual produk hasil pertanian sebelum masa panen tiba, tanpa memperhatikan kualitas.

Sehingga menghalalkan segala cara, demi mengakomodasikan permintaan Pasar, agar berproduksi tinggi dengan kualitas yang diragukan.

Lantas, siapa yang jadi Korban? 

Sementara anda tidak tau cara menanam, selain hanya bisa membeli.

Sedangkan Menanam Tidak Harus Mahal.

Tidak ada yang tidak mungkin selagi dikembalikan seluruhnya, pada nilai  kepantasannya, sebab Alam tidak pernah berubah.

Melainkan Manusialah yang mengubahnya, tentu sudah sepatutnya pula bertanggung jawab mengembalikan Alam pada Ekosistem terbaiknya.


Singkong sebagai Makanan Pokok Alternatif Pengganti Nasi / Beras



Umbi Kasesa



Singkong sebagai salah satu sumber Makanan Pokok masyarakat Indonesia.

Memproduksi umbi bertekstur pulen, yang kerap dikonsumsi dengan berbagai varian olahan, serta bagian Daun, yang umum diolah sebagai sayur paling digemari di penjuru dunia.

Namun di balik manfaatnya

Tak sedikit Petani yang berhenti menanam berbagai jenis Bahan Pokok maupun Palawija.

Sebab lahan sulit di olah.

Sebagaimana hasil hukum sebab akibat dari penggunaan Pupuk Kimia secara berkepanjangan, yang masih menjadi pemicu utama, rusaknya lahan Pertanian dan Perkebunan di Indonesia.

Petani Singkong di wilayah Prov. Lampung, binaan kami misalnya.

Berhasil menanam varietas Kasesa melalui metode Tekhnologi Bio Compound.

Dengan memanfaatkan sampah pertanian, pupuk kandang berupa; Kotoran Sapi segar, daun serta batang Pisang sebagai media pertumbuhan utama.

Sebelum menggunakan Tekhnologi Bio Compound;

Petani Singkong, mampu menghasilkan 6 ton singkong dalam waktu 9 bulan, menggunakan 100kg Pupuk bekas, dengan komposisi; ( SP36 50kg dan KCl 50kg).

Tetapi didorong keinginan hasil panen,  menyesuaikan kebutuhan pasar.

Petani Singkong kemudian melakukan uji coba dengan cara menambahkan media pertumbuhan, sebanyak hasil yang diinginkan, yaitu sekitar 6 ( enam ) kali panen dalam satu siklus penanaman.

Dengan jarak tanam 60x80 cm (enam puluh kali delapan puluh centimeter).

Setelah menggunakan Tekhnologi Bio Compound:

Dalam jangka waktu 5 ( Lima ) bulan, 6 ( enam ) hari. Petani Singkong mampu menghasilkan 8 ton 20kg ( Delapan ton Dua puluh kilogram ) Singkong

Prinsipnya;

Panen 100 Kg ( Seratus Kilogram ) tinggal menambahkan minimal 100 Kg ( Seratus Kilogram ) sampah organik yang diolah menggunakan Tekhnologi Bio Compound

1 Hektar lahan, menghendaki hasil Panen 10 ton ( Sepuluh Ton ).

Maka cukup menambahkan minimal sebanyak 10  ( Sepuluh ) ton media tanam, yang di olah menggunakan Tekhnologi Bio Compound dengan minimal takaran 10 ( Sepuluh) liter saja.

Lantas bagaimana jika lahan terbatas?

Apabila tidak memiliki lahan, dapat dikoordinasikan dengan Komunitas, atau kelompok instansi, yang memiliki program Kompos Kolektif, maupun pengelola disekitar tempat tinggal, untuk meminjam lahan kosong, sehingga lahan lebih bermanfaat dan tetap produktif.


 

INDIKATOR

  Di Tulis oleh Editor  In Frame Sha Mantha                                     Photo Taken by Ruang Kosong 303        Adakah dari Rakyat te...