Selasa, 27 Februari 2024

Potensial Murbei di Pertanian dan Peternakan

 Ditulis Oleh Editor


In Frame Sha Mantha 



Tanaman Murbei, yang masih umum dikenal sebagai penghasil buah khas, dari Negara-Negara empat musim tersebut 

Melalui penyebarannya di penjuru Dunia

Tanaman yang dikenal cukup luas ini

Terbagi ke dalam 5 kelompok jenis varietas yang paling banyak ditanam oleh Petani Murbei di seluruh Dunia, diantaranya:

* Varietas Morus alba (murbei putih)

* Varietas Morus nigra (mubei hitam)

* Varietas Morus catayana

* Varietas Morus multicaulis

* Varietas Morus rubra (murbey merah)

Sehingga bukan sebatas tumbuh di daerah beriklim subtropis, yang memiliki suhu udara lebih rendah dari 0°C.

Tetapi juga umum tumbuh di daerah tropis, yang memiliki suhu udara relatif lebih tinggi, sehingga mampu tumbuh sepanjang tahun, sebab tidak mengalami masa istirahat untuk Panen.

Kelebihan dari jenis tanaman ini adalah kandungan protein dan mineralnya yang tinggi.

Namun demikian, tanaman ini tidak tahan terhadap pemotongan yang pendek sehingga dalam perlakuannya, cukup dipotong sekitar 1—1,5 m dari permukaan tanah.

Daun Murbei pada umumnya bisa dipanen sebagai pakan ternak setelah berumur 210 hari setelah masa tanam.

Pemotongan selanjutnya sudah bisa dilakukan setelah 60—70 hari kemudian.

Hijauan Murbei mempunyai nilai nutrisi yang tinggi dalam kemampuannya mensuplai fermentable energi dan protein sehingga dapat meningkatkan kecernaan pakan dasar berkualitas rendah yang berasal dari limbah Pertanian. 



Perkebunan Murbei di wilayah Saguling, Bandung, Prov. Jawa Barat, Indonesia 



* Pakan Hewan Ternak Ulat Sutera 

Daun Murbei yang berbentuk Oval, Bulat dan berlekuk pada bagian tepi daunnya yang bergerigi, dengan bagian ujung daunnya yang runcing.

Memiliki permukaan atas daun berwarna hijau/suram dan bertekstur licin, dengan bagian bawah daun yang terasa kasar.

Sebagaimana hal tersebut lebih memudahkan para Peternak pakan Ulat Sutera, untuk dapat memaksimalkan fungsi dari daun Murbei sebagai pakan, bagi jenis hewan ternak tersebut, sepanjang tahunnya, tanpa perlu khawatir dengan musim.

* Pakan alternatif Hewan Ternak Jenis Ruminansia, seperti: Kerbau, Lembu dan Sapi

* Suplementasi hijauan Murbei sebagai pakan Domba dan Kambing: 

Dapat meningkatkan kenaikan bobot badan harian Domba maupun meningkatkan produksi Susu kambing.

* Feed suplement bagi pelaku peternak Ayam, rumahan

Hijauan Murbei dapat menggantikan bahan pakan konsentrat yang umumnya mahal harganya. 

Peternak tidak perlu lagi mengkhawatirkan, pakan untuk hewan-hewan ternaknya.

Sebab dalam satu waktu, Petani dapat menanam dan memanen sendiri, pakan hewan ternaknya, sekaligus menjual hasil Perkebunan maupun hasil Peternakannya secara sekaligus dan mandiri.

Tentunya dibutuhkan Tenaga dan waktu, agar Peternak dapat mengontrol dan menentukan sendiri jumlah pakan yang diberikan, terhadap hewan-hewan ternaknya, setiap hari.


Aplikasi Tekhnologi Bio Compound Pada Kebun Murbei



Perkebunan Murbei, di wilayah Saguling, Bandung, Prov. Jawa Barat, Indonesia 



Berdasarkan hasil uji coba melalui Petani binaan tim ahli Bio Tekhnologi kami di Lapangan.

Guna meningkatkan produksi Daun Murbei di Perkebunan miliknya.

Seorang Petani Daun Murbei Rumahan di wilayah Saguling, Bandung, Jawa Barat.

Mengaplikasikan penggunaan Tekhnologi Bio Compound, saat penyemaian hingga tanam.

Sebagai pembanding 



Daun Murbei menggunakan Tekhnologi Bio Compound 



Petani juga menggunakan Tekhnologi dari Luar Negeri yang dibawa oleh Salah satu Universitas ternama di Indonesia.

Dan hasil pembanding terlihat pada kurun waktu 2-4 minggu, setelah perlakuan.

Kurang lebih 1 minggu setelah proses stek.

Pohon Daun Murbei yang menggunakan aplikasi Tekhnologi Bio Compound dan campuran kotoran sapi di awal tanam:

* Pohonnya tumbuh lebih tinggi, serta

* Ditumbuhi banyak cabang dengan daun lebat

* Dengan tingkat kelangsungan hidup lebih dari 80%, serta

* Lebih tahan terhadap cuaca ekstrem, panas maupun kekurangan air

Sementara perlakuan Pohon Daun Murbei menggunakan kotoran Kambing oleh Universitas ternama tanpa penggunaan Tekhnologi Bio Compound maupun campuran kotoran Sapi: 

* Pohon tumbuh lebih kerdil

* Dengan tingkat kelangsungan hidup kurang dari 80%, serta

* Tidak tahan terhadap cuaca ekstrem, layu saat panas, serta mudah kekurangan air

Aplikasi Tekhnologi Bio Compound

Bermanfaat terhadap tanah dengan tanaman bernilai ekonomis, melalui penggunaan bahan maupun Tekhnologi lokal, yang lebih efisien.

Sebab lebih mudah diaplikasikan sehingga tanaman mampu bertahan dalam cuaca ekstrem.

Dan menghasilkan Daun Murbei berkualitas.

Sehingga bukan sebatas sebagai Pakan saja, tetapi juga menyehatkan Ulat Sutera.

Sekaligus penghasil Kepompong yang lebih mudah di urai saat, saat diproses menjadi benang.


Minggu, 25 Februari 2024

Mari Membuat Sesuatu

 Ditulis Oleh Editor


In Frame Susi Ambar Rukmi 



Pada hakekatnya, setiap orang mencoba mendapatkan peruntungannya melalui cara yang berbeda-beda.

Alam tidak selalu menjanjikan keuntungan, tetapi yang jelas.

Alam selalu memberi apapun yang Manusia butuhkan, tanpa pernah meminta imbalan apa-apa.

Kita hanya perlu berterima kasih kepada Alam, dengan cara merawat lingkungan, mengolah kembali sampah-sampah yang Manusia hasilkan, agar kembali berdayaguna bagi seluruh Makhluk hidup yang ada.

Kita tidak harus menunggu sesuatu datang terlebih dahulu baru bahagia.

Tetapi mengubah cara kita dalam berpikir dengan menyederhanakan pola pikir kita, maka disitulah letak keajaibannya.

Dalam sekejap, pikiran seseorang dapat berubah - ubah, tetapi hati, akan tetap sama. 

Itulah keseimbangan hidup yang menghidupkan.

Untuk itulah tidak ada satupun Manusia yang dapat hidup sendirian di Bumi.

Semua saling memiliki keterikatannya masing-masing, terkoneksi, bahkan dengan alam semesta itu sendiri.

Sejak Dunia dijadikan, jadilah jadi maka terjadilah kejadian/peristiwa.


Olah Sampah Rumah Tangga



Sosialisasi Sampah Tingkat Rumah Tangga, di wilayah Pamulang, Tangerang Selatan, Prov. Banten, Jawa Barat, Indonesia 


Dalam rangka pelatihan olah sampah organik menjadi Media tanam menggunakan Teknologi Bio Compound.

Tim kami memberi pelatihan pada siapapun yang bersedia mengubah pola gaya hidup konvensional menjadi ekologis serta mengubah cara dalam berpikir.

Warga setempat antusias mengikuti pelatihan dengan membawa sampah organik dari dapur masing-masing.

Dan mengolahnya kembali menjadi Media Tanam dalam waktu beberapa jam, untuk dibawa pulang kembali oleh warga setempat seusai pelatihan, guna diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari, seperti untuk bertani, merawat tanaman dan lingkungan hidup sekitar.



Warga membawa kembali bibit tanaman yang telah mereka tambahkan campuran media tanam yang mereka buat, dari hasil mengolah limbah sampah organik rumah tangganya


Sehingga tidak ada lagi sampah organik yang berasal dari dalam rumah tangga, yang keluar lagi dari rumah warga sekitar.


Aplikasi Tekhnologi Bio Compound Pada Kebun Tomat


 

Pak Made, Petani Tomat di Wilayah Lembang, Bandung Prov. Jawa Barat, Indonesia 



Pak Made seorang Petani buah Tomat rumahan di wilayah Lembang, Bandung Jawa Barat.

Berpikir terbuka dalam mengembangkan Pengetahuannya dengan mengaplikasikan eksperimen secara mandiri serta perilaku sederhana untuk bekerjasama dengan Alam.

Ia mengolah tanah pertanian miliknya, mulai dari penyemaian, hingga perawatan tanaman, menggunakan sampah organik yang dicampurnya dengan menggunakan Tekhnologi Bio Compound.



Kebun Tomat milik Pak Made di wilayah Lembang, Bandung Prov. Jawa Barat, Indonesia 



Dari 1000 bibit yang di tanamnya

Ia seketika mendapat keuntungan dari hasil eksperimennya tersebut :

* Tiap 1 Pohon Tomat menghasilkan 5 kg Tomat dengan berat rata-rata 200 gram hingga 1 Kg

* Hasil panen tahan lama saat disimpan dalam suhu ruang, serta

* Dapat bertahan selama 30 hari, dan

* Buah Tomat yang jatuh, bijinya telah berkecambah

* Dengan 65 hari usia panen yang lebih cepat dari 80 hari masa panen sebelumnya

 


Buah Tomat hasil eksperimen menggunakan Tekhnologi Bio Compound dari kebun milik Pak Made di wilayah Lembang, Bandung, Prov. Jawa Barat, Indonesia 


 


Dimana sebelum menggunakan Tekhnologi Bio Compound :

Dari 1000 bibit Tomat yang ditanamnya, terdapat sebanyak 250 bibit yang mati terserang Hama.

Namun setelah Ia menggunakan Teknologi Bio Compound, hanya ada 11 bibit tanaman Tomat miliknya yang mati terserang Hama.

Sedangkan Tomat hasil panen tanpa penggunaan Teknologi Bio Compound maksimal dapat disimpan selama 14 hari.

Saat ini Pak Made tengah melakukan uji coba tanam Biji buah tomat yang jatuh, guna memastikan biji dapat menghasilkan turunan dengan kualitas yang sama atau tidak.

Ia pun tak segan berbagi ilmu dengan Petani lain.

Berspekulasilah dan hidup

Kita tidak akan pernah tau hasil, tanpa pernah mencobanya.

Sabtu, 24 Februari 2024

Bunga Desa

  Ditulis Oleh Editor


In Frame Sha Mantha
Photo Taken by Ngusman Solo



Bandung - Potensi Perkebunan Bunga di Indonesia, masih minim peminat serta lirikan dari para Petani, yang pada umumnya masih menyukai Palawija sebagai Produk hasil Bumi.

Selain Pasar Bunga yang masih terbatas diluar kebutuhan pokok.

Nilai Bunga masih dipandang lesu dikarenakan perlakuan Pasar yang berbeda, sebagaimana perlakuan Pasar Palawija yang dinilai berkecenderungan menjangkau konsumen secara meluas dan tak kenal batas.

Padahal jika Petani mau mengulik keistimewaan Bunga, terbuka peluang usaha yang jauh lebih besar peruntungannya.

Tentu dibutuhkan keberanian berspekulasi dalam bisnis.

Sebagaimana mata rantai bisnis yang sesungguhnya, berkaitan erat dalam suatu jaringan yang bersifat saling mengikat suatu jalinan hubungan yang kuat pada banyak hal lini kehidupan.

Seperti halnya relasi bisnis, maupun dalam hubungan berpasangan, pertemanan, hubungan kekeluargaan, kelahiran, kematian, serta simbol-simbol lainnya pada kehidupan keagamaan.

Selain sebagai bentuk perwujudan penghormatan terhadap Leluhur, Guru, para pendahulu, kakek nenek Moyang, dan banyak pemaknaan lainnya, yang tak kalah luas jangkauannya dari Pasar Palawija. 

Namun demikian, setiap tanaman adalah unggul, di mulai dari tanah tempatnya tumbuh, benih dimana semesta menyemai, hingga berbunga, bahkan saat berbuah dan ber-rasa.

Sebab makanan bukan hanya terletak pada Jasmaniah saja tetapi juga Jiwa perlu makanan-makanan Roh/Spirit, guna menghidupkan Semesta.

Tentu kepuasan batin tiada mengenal batas, sebagaimana Manusia adalah makhluk yang bebas, yang memiliki kehendak bebas.

Bahkan jika rasa tidak bahagia harus muncul dan membuat Cinta harus bersedih, maka biarkanlah.

Untuk hidup, segala sesuatu harus utuh.

Ada Yin dan ada Yang

Maka terjadilah kejadian/suatu peristiwa.

Seluruhnya membutuhkan dualitas, begitulah guna menikmati Dunia.

Ada siang dan ada malam, untuk terjadinya hari, adanya peristiwa dalam satu hari.

Ada gelap dan ada terang, untuk terjadinya suatu kejadian.

Ada dingin dan ada panas, maka terjadilah suhu / temperatur.

Ada benar dan ada salah, untuk suatu teladan yang perlu di contoh, agar tidak salah dalam berperilaku hidup.

Ada atas dan ada bawah, ada kuat dan ada lemah, ada kanan dan ada kiri.

Sebab begitulah adanya dualitas yang dibutuhkan untuk terjadinya peristiwa keseimbangan Alam Semesta Raya.

Itulah ilmu Kenyataan yang Sejati, bukan ilmu angan-angan.

Kenyataan yang Sejati

Tidak berubah tetap demikian adanya

Sebagaimana mestinya

Dulu sekarang sampai selama-lamanya

Kenyataan yang sejati, sudah semestinya dan demikian adanya

Sebelum Pikiran Saya lahir

Bahkan setelah Saya dan Pikiran Saya, sudah tidak ada lagi di dunia ini.


Aplikasi Tekhnologi Bio Compound Pada Kebun Mawar



Pak Agus, Petani Bunga Mawar Lembang, Bandung, Prov. Jawa Barat, Indonesia 



Perkebunan Mawar rumahan milik Pak Agus di wilayah Lembang, Bandung Prov. Jawa Barat.

Sebelum Menggunakan Tekhnologi Bio Compound :

Menghasilkan 300 Karangan Bunga terjual.

 

 

Kebun Bunga Mawar milik Pak Agus di daerah Lembang, Bandung Prov. Jawa Barat, Indonesia 



Sepanjang 6 Bulan masa panen, yang dalam sebulan, terdapat:

* 3-4 Bunga dalam 1 batang berkualitas A dengan panjang kurang dari 80 cm

Berharap perubahan datang dengan hasil yang lebih baik.

Pak Agus kemudian mencoba mengaplikasikan penggunaan Tekhnologi Bio Compound pada Kebun Mawarnya.

Yangmana sebelumnya, hanya menambahkan media tanam tiap satu tahun sekali.

Ia pun mulai menambahkan Media Tanam yang berasal dari:

* Olah sampah organik, yang dicampur dengan

* Tekhnologi Bio Compound

Melalui Metode Penggunaan Sederhana

Pak Agus mengaplikasikannya, setiap satu bulan sekali, dengan cara:

* Meletakkannya, 20 cm di atas permukaan tanah

Campuran Tekhnologi Bio Compound, menstimulasi pertumbuhan akar baru sekaligus mencegah Hama pada akar.

Serta menghasilkan perkecambahan yang lebih cepat.

Dalam 2,5 bulan : 

* Terjual 1000 karangan bunga mawar

* Nilai Produksi naik sebanyak 300%

* Biaya Produksi turun hingga 50%

* Bunga berwarna lebih cerah

* Ukuran Bunga yang lebih besar dari sebelumnya

Bahkan Dalam satu batang pohon Mawar ditumbuhi :

* 8-10 Bunga

* 100 meter panjang batang ber grade A+

Sehingga Bunga tetap segar, setelah cukup lama dipetik.

Masih tidak tertarik mencoba peruntungan berkebun Bunga?

Jika berubah pikiran, tim ahli kami, siap melayani dengan memberikane pelatihan, secara lebih spesifik, sederhana dan tepat guna.

Selamat bergabung dalam kompetisi!




Tanam Sekali, Panen 3x

Ditulis oleh Editor 

 

In Frame Sha Mantha 




Disadari maupun tidak, penggunaan PESTISIDA terlanjur melekat pada kehidupan Pertanian Indonesia.

Tak terkecuali di kalangan Petani Sayuran yang notabene hidup dan tinggal menetap di lereng-lereng pegunungan.

Tanpa menyadari dampak dan ancaman hebat yang ditimbulkan.

Kehidupan Petani yang sehari-hari sebatas menjalani roda perputaran perekonomiannya di kebun, rumah, mengolah lahan dan ternak.

Tentu masih minim pembekalan pengetahuan akan hukum sebab akibat dari penggunaan Pestisida secara berkala.

Kami tidak membangun narasi untuk menakut-nakuti seperti halnya Politik, tetapi tugas kami melayani Semesta, menjaga Bumi pada keberlangsungannya.

Sehingga yang kami lakukan tidak lagi cukup sekedar dengan tindakan.

Tetapi manusia di zaman sekarang, harus ada bukti baru percaya, tentu kami pun hidup sesuai zaman perubahan saat ini.

Pernahkan anda berpikir, jika sumber - sumber mata air di lereng-lereng pegunungan telah tercemar limbah Pestisida dan mengandung Mercury?

Apa itu Mercury, Petani pun bisa jadi tidak memahaminya.

Apakah anda tidak mengkonsumsi air setiap hari? 

Apakah anda yakin, jika air putih yang setiap hari kita konsumsi 100% murni dan sehat?

Bahkan air putih yang anda konsumsi terasa berat saat anda meminumnya.

Sehingga berat badan/obesitas mudah menyerang, tak sedikit bahkan bayi sejak lahir mengalami gangguan kesehatan seperti mengidap Jantung bocor, kanker bawaan.

Belum lagi rentannya tubuh wanita sehingga mudah mengidap kanker serviks dan telah merenggut banyak nyawa.

Gelombang Buruh dan Pekerja yang mudah terserang penyakit Paru - Paru, sedangkan anda dan mereka tidak merokok.

Apa yang terjadi apabila tingkat keasaman air terus menerus meningkat?

Sejauh apa kita mampu berpikir betapa pentingnya Bumi untuk ditempati bagi seluruh makhluk hidup?

Mengapa bermunculan virus-virus baru dan bakteri.

Kenapa tubuh orang Indonesia begitu mudah terserang kanker dan rentan terhadap berbagai penyakit?

Belum lagi jumlah pasien rumah sakit yang terus meningkat bukan menurun setiap harinya.

Berdasarkan hasil survei tim kami di lapangan, ada sebanyak 400 pasien berobat jalan ke rumah sakit provinsi setiap harinya, tidak terhitung jumlah pasien rawat inap, di satu rumah sakit umum daerah di seluruh Indonesia.

Anda perlu tau mengapa bisa demikian cepat orang-orang terdekat anda pergi meninggalkan anda, lantas apa sebenarnya penyebabnya?

Sedangkan orang-orang di sekeliling anda atau bahkan anda sendiri telah menerapkan pola hidup sehat.

Tetapi faktanya, jumlah angka kematian mendadak akibat serangan Jantung masih menjadi angka kematian tertinggi di Negara ini, bahkan sampai hari ini.

Jika semua masalah ini anda politisir, untuk kepentingan penguasa, sedangkan anda tidak memberikan solusi apapun, tanpa tindakan apapun.

Alam pun tidak akan diam saja.

Sedangkan sifat kami murni melayani melalui tindakan nyata, dengan merawat lingkungan beserta seluruh ragam Hayatinya.

Dan semoga seluruh makhluk hidup berbahagia.

Ini bukan berati untuk mencari siapa yang salah dan siapa yang paling benar.

Apa dan seperti apa yang benar dan salah, tidak ada siapapun yang pernah mengetahuinya.

Jika semuanya sudah serba terbalik-balik sekarang.

Tidak ada yang perlu dihakimi dan tidak ada apapun yang dapat mengukur kebenaran itu sendiri.

Alam telah memberi segala apa yang dibutuhkan oleh Manusia, tanpa pernah meminta imbalan apa-apa.

Maka sudah layak dan sepantasnya jika Manusia berterima kepada Alam Semesta.

Rawatlah Bumi, jaga Lingkungan tempat kita hidup dan tinggal dengan cara membangunkan kesadaran diri, dimulai dari dalam diri individu masing-masing.

Manusia adalah makhluk yang bebas, maka saya tidak dapat memaksakan kehendak pribadi.

Sehingga cukup disadari dan alami sendiri.

Pada dasarnya semua orang berkompetisi dalam setiap lini kehidupan dan semua orang berhak untuk berkesempatan.

Lantas apa kompetisi serta kontribusi yang anda berikan untuk Bumi?

Saya menyadari tidak akan pernah mampu melayani Semesta seorang diri, untuk itulah saya butuh semua orang untuk bersama-sama melayani Semesta.


Petani Sayuran di Lembang, Bandung, Prov. Jawa Barat 

 





Petani binaan kami di wilayah Lembang, Bandung Jawa Barat.

Berhasil menanam sayur brokoli, yang menghasilkan 3x panen dengan harga jual sekitar Rp. 25.000/kg.






Batang tidak busuk serta minim serangan hama meski tanpa pestisida.




 


Media tanam dari campuran Kohe Sapi yang sudah disemprot Bio Compound, sekam, sekam bakar dan kulit kopi.

Berupa:

* Sampah pengolahan Petani kopi saat proses tanam dan olah

*' Campuran Tekhnologi Bio Compound


 



Menghasilkan kualitas Rasa batang Brokoli yang manis dan berwarna hijau segar serta awet saat disimpan di dalam lemari pendingin.

Berikut beberapa jenis Tanaman sayuran hasil Uji coba tim ahli Tekhnologi melalui sistem tanam dari kebun masing-masing.



Uji Coba pada Sayur Kangkung menggunakan aplikasi Tekhnologi Bio Compound 
Hasil: dapat dilihat pada gambar
 


 

Uji Coba pada Daun Kemangi menggunakan aplikasi Tekhnologi Bio Compound 
Hasil: dapat dilihat pada gambar 




Uji Coba pada Sayur Bayam menggunakan aplikasi Tekhnologi Bio Compound 
Hasil: dapat dilihat pada gambar 







Jumat, 23 Februari 2024

Potensi Kopi Indonesia di Pasar Internasional

 Ditulis oleh Editor

 

Susi Ambar Rukmi
                         Photo Taken by Rocky Pandapotan  
 
 


Biji Kopi Indonesia memiliki 33 varietas terbanyak di Dunia.

Dimana dalam setiap satu varietasnya, menghasilkan kualitas rasa yang berbeda, menyesuaikan kondisi tanah, tempat Ia tumbuh.

Sehingga dalam setiap biji-biji Kopi dari Varietas tersebut, memiliki keunikannya masing-masing, seperti rasa asam, sedikit asam, dan sangat asam, dari satu varietasnya saja.


 

Biji Kopi Indonesia 



Begitupun cara menikmati Kopi

* Bagi penikmat Kopi Sejati

Mereka berkecenderungan meminum kopi tanpa menambahkan apa-apa, agar tidak merusak rasa.

Selain menyaring bubuk biji kopi guna memisahkan ampasnya, kemudian menyeduhnya ke dalam air mendidih, baru menuangkannya ke dalam cangkir dan meminumnya sedikit demi sedikit di beberapa aktivitas si penikmat.

* Bagi penikmat Kopi paling tradisional

Meski tidak menambahkan gula sebagai bahan campurannya.

Para tua-tua terdahulu, memiliki cara unik dalam menikmati biji-biji Kopi yang telah disangrai bersama campuran irisan kelapa, maupun cengkeh dan juga beras.

Kemudian kesemua bahan ditumbuk hingga halus, baru setelah itu direbus dan diseduh ke dalam gelas, dinikmati bersama bubuk ampas air seduhan Kopi.

Sosial Budaya  

Selain untuk menghalau rasa kantuk, minum Kopi membudaya di kalangan Masyarakat pekerja kelas menengah atas, yang sehari-hari bekerja di kantor - kantor Perkebunan yang menyebar di penjuru wilayah Indonesia.

Kopi sangat umum dihidangkan sebagai air suguhan bagi tamu di kalangan para pekerja kantor perkebunan yang notabene kaum priyayi intelektual Jawa penyuka rasa Kopi manis.

Sehingga Kopi tidak mengenal sekat batas status sosial ekonomi, sekaligus dapat dinikmati secara bebas dan terbuka oleh pekerja kelas bawah seperti halnya para Buruh, Petani, maupun Pekerja Perkebunan kasar, yang juga memiliki kecenderungan meminum Kopi dicampur gula.

Sehingga menikmati Kopi, dapat menjaga hubungan antara Budak Fisik dengan Budak Ekonomi.

Dimana Budak Ekonomi mendapatkan tempat tinggal dan fasilitas-fasilitas didalamnya.

Sedangkan Budak Fisik, memperjuangkan sendiri kepemilikan atas seluruh assetnya.

Sekalipun para Investor, baik itu Kapitalis dan Sosialis, memegang peranan dalam kontrol Kekuasaan Pemerintahan.

Keduanya tidak mampu merubah apapun atas hubungan tersebut.

Kesimpulannya

Ada dan tidaknya si Miskin maupun si Kaya.

Kopi bukan benda yang dapat di Monopoli perdagangannya, sekalipun strategi pemasaran dan tengkulak berupaya merusak harga dipasaran.

Sebab pada kenyataannya

Semua orang mampu menikmati secangkir Kopi bahkan berbagi secangkir Kopi dengan teman yang lain.

Lalu apa yang dilakukan Petani ketika mempunyai ladang tandus dan tidak menghasilkan pendapatan?

Ia tidak mengeluh tentang hal itu

Tapi Ia keluar, mulai menanam benih, karena tidak akan terjadi apa-apa, sebelum dia menanam benih tersebut.

Segala sesuatu dalam hidup dimulai dari benih; dalam relasi, pernikahan, bisnis, dll.

Dan tidak akan terjadi apa-apa sampai benih itu ditanam.

Inilah prinsip menabur dan menuai.

Kapan pun kamu memiliki kebutuhan, tanamlah benih, yaitu hidupmu dan yang ada didalamnya, lalu garap dalam anugerah Semesta.

Maka melalui tindakan ini.

Semesta akan berkahi dan membuahkan hasil dalam hidupmu.



Dokumentasi Songsong Echo Product 



 

Pak Yosef, Petani Kopi rumahan di wilayah Lembang, Bandung Prov. Jawa Barat, contohnya.

Ia mengolah lahan Kopi seluas 6 hektare miliknya, yang terdiri dari 12.000 pohon Kopi varietas Caturra dan Typica, dengan hasil Produksi sebanyak 1-2 ton Kopi, pertahunnya.

Untuk olah tanah serta perawatan Pohon Kopi miliknya, Pak Yosef menggunakan Tekhnologi Bio Compound.

Dalam beberapa bulan mulai terlihat perubahannya.

Tiap 1 Pohon Kopi ditumbuhi 100 ranting dengan 1 Tandan berbuah sebanyak 30 butir.

( 18 butir pada umumnya)

Terdiri 500-550 Butir Biji Kopi dari jumlah umum perkilonya.

Menjadi 600-650 Butir Biji Kopi saat ini, serta menghasilkan kualitas biji Kopi yang lebih keras dan padat.

Serta masa hidup Pohon lebih panjang karena Pohon mendapat Nutrisi sesuai kebutuhan.

Melalui metode Perawatan dengan cara menyemprotkan Tekhnologi Bio Compound ke tanah serta daun.

Akar tumbuh sehat, tanpa Hama dan  jamur

Sementara untuk Pupuk

Pak Yosef memanfaatkan Limbah Kopi, Urin Sapi, plus Kotoran ayam serta gabah kering.

Ia pun tak segan berbagi Ilmu dan Nutrisi yang telah dibuatnya pada Petani lain.

Dengan harapan, semakin banyak Petani yang mampu mengolah limbah secara mandiri dan terus meningkatkan Jumlah serta Kualitas hasil Panennya.

Dari Jumlah Kelompok Tani yang terus bertambah, aplikasi penggunaan Tekhnologi Bio Compound secara otomatis turut menyebar dengan cepat.

Kamis, 22 Februari 2024

Jangan Lelah Mencintai BANGSA Ini

 

In Frame Sha Mantha
Photo taken by Lawerrisa 


Mewarisi keberanian yang kadung mengaliri Jiwa Patriotisme semangat juang Kemerdekaan Republik Indonesia

Di awal Perang Diponegoro tahun 1825 yang berlangsung hingga tahun 1830

Wanita renta berusia 73 tahun bernama Raden Ajeng (RA) Kustiyah Wulaningsih Retno Edhi.

Memimpin pasukannya menggunakan tandu selama jalannya Perang Diponegoro dalam melawan VOC Belanda.

Ia bahkan diberi julukan Nyi Ageng Serang

Oleh VOC yang menggambarkan sesosok Wanita Kejam Pada diri Panglima Perang Wanita yang juga berperan ganda sebagai Penasehat Sri Sultan Hamengkubuwana II selama Perang berlangsung.

Sebagai Putri, Pangeran Natapraja yang notabene Panglima Perang Sultan Hamengkubuwana I, yang memerintah Kesultanan Yogyakarta ( 1755 - 1792 ).

Tentu bukan suatu kebetulan

Ia terlatih sedemikian rupa bahkan dikala memasuki usia senja dan sudah tidak produktif lagi untuk turun ke Medan pertempuran.

Tak peduli kondisi Jasmani saat itu berkata apa.

Tentu diluar perhitungan VOC Belanda yang diboncengi oleh beragam kepentingan monopoli dagang untuk dapat menerima fakta.

Bahwa mereka bukan hanya kalah telak, dalam hal strategi Militer tetapi juga harus menelan pil pahit.

Kehilangan materi dalam jumlah besar, yang menyebabkan kebangkrutan hebat, didalam tubuh perusahaan dagang Multinasional yang didirikannya secara matang di tahun 1962 silam.

Tak mengherankan apabila dampak dahsyat tersebut menimbulkan berbagai kontradiksi di dalam penerimaan akal sehat Kaum Bangsa Kulit Putih yang memuja modernisasi persenjataan canggih.

Bukankah itu sangat memalukan?

Membawa pulang kabar kurang baik pada sejumlah pendana peperangan yang terlanjur menginvestasikan uang dalam jumlah besar untuk menghadapi Bangsa Primitive?

Lantas mereka membuat rekayasa pikiran hasil konsep-konsep pemikiran mengenai suatu kelompok Islam garis keras dengan Pakaian khas Timur Tengah lengkap dengan Turban, layaknya suku Quraisy di Saudi Arabia.

Yang menolak tunduk terhadap penjajah dan melabelinya sebagai teroris yang harus di Brantas.

Semua sudah dipersiapkan sedemikian rupa dengan memanfaatkan Pribumi sebagai kekuatan untuk saling melawan.

Melalui sistem adu domba, dimulai dengan memukul mundur kekuatan Kesultanan Demak dibawah kendali Ratu Kalinyamat ( 1514, Demak-1579 ) di tengah perjuangannya melawan Portugis, di Semenanjung Malaka.

Ia di telanjangi di markas persembunyiannya di Jepara, dipaksa tunduk tanpa perlawanan yang berarti, sehingga bergabung dengan MATARAMAN ISLAM.

Semua hasil rekayasa Elite Global.

Dan VOC Belanda merancangnya, agar semua saling membunuh, tanpa harus repot-repot menggunakan kekuatannya sendiri dalam upayanya menghancurkan mental BANGSA INDONESIA, sehingga mudah dikontrol dengan menggunakan metode penyesatan yang tidak pernah ada didalam ajaran TUHAN.

Bahwa membunuh dan meminum darah orang kafir itu halal.

Untuk menghilangkan bukti-bukti sejarah Bangsa ini.

Belanda turut membakar seluruh Kitab Suci berikut menghabisi para misionaris Portugis lantas menghidupi kelompok Islam garis keras dengan cara-cara paling brutal.

Menjejalkan ajaran-ajaran penyesatan melalui penyebaran agama Islam radikal menggunakan kekuatan Tiongkok Mongol yang telah ditumpangi Sekte Nasrani dari Israel Yahudi.

Yaitu Sekte yang memaksakan Kebudayaannya ke dalam agama-agama dari Timur Tengah, dengan mendirikan Pondok Pesantren sebagai sarana pendidikan yang berbasis di Jawa Timur, sebagai tempat untuk mendidik generasi militan Islam Jawa garis keras/Intelijen Rahasia berkedok sekolah pendidikan keagamaan.

Dengan didasari kehendak Pribadi Pribumi Jawa yang ingin menjadi Raja dan penguasa setempat.

Pribumi yang menjadi kaya setelah memiliki jabatan dan kedudukan.

Pribumi yang menjadikan keluarganya sebagai pejabat menempati posisi serta kedudukan kedudukan.

Seluruhnya hasil Rekayasa Elite Global dalam memperalat Pribumi setempat agar mudah dipergunakan untuk saling membunuh satu sama lain.

Akan tetapi, dimuliakanlah Pangeran Diponegoro ( 11 November 1785 – 8 Januari 1855 ), beserta seluruh makhluk hidup yang telah berbahagia.

Yang secara sadar, melawan penyesatan kuasa kegelapan atas Roh jahat dari Bumi Nusantara dengan penyertaan Roh Kudus -Nya.

Ia telah dibangkitkan secara Roh dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan ajaran TUHAN Semesta Alam.




Foto Asli Pangeran Diponegoro 



 

Faktanya lagi

Wanita tua yang mereka sebut Nyi Ageng Serang itu berjuang di beberapa daerah, seperti di wilayah Purwodadi, Demak, Semarang, Juwana, Kudus dan Rembang.

Serta mengikuti pelatihan Kemiliteran dan strategi peperangan, bergabung bersama dengan prajurit pria lainnya.


Itu sungguh diluar dugaan!!

Benar pepatah bijak yang mengatakan, umur hanya soal angka.

Menurut keyakinannya.

Selama ada penjajahan di Bumi Pertiwi, maka  Ia harus siap tempur untuk melawan para penjajah.

Ia piawai dalam penyamaran, menggunakan lembu (daun talas hijau) untuk menyamar.

Sebagai Wanita berpengaruh di lingkup Negara Kesultanan Yogyakarta.

Ia juga berperan penting sebagai penasehat Sultan Sepuh / Hamengkubuwana II yang memerintah  Kesultanan Yogyakarta ( 1792 –1828 ).

Sehingga tetap terhubung dengan Negaranya, tanpa terbaca oleh pihak musuh, dibawah kontrol Pangeran Diponegoro selaku pemimpin Pergerakan bawah tanah.

Prambanan menjadi Markas terdekat untuk mendekat ke wilayah Yogyakarta sehingga Ia dapat dengan leluasa memimpin Perang Gerilya disekitar desa Beku, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta.


Selalu ada tragedi dibalik keindahan.

Pakubuwana VI yang adalah Susuhunan Nagari Surakarta kelima yang memerintah tahun 1823 – 1830.

Harus menanggung sasaran murka kaum Elite Global, yang tak mampu membendung kekesalannya.

Seketika menembakkan peluru senapan baker tepat di bagian dahinya, begitu tiba di tempat pembuangannya ( Ambon ), menyadari dukungan gagasan Perang Diponegoro datang darinya.

Dan setiap perbuatan, menghasilkan buah-buah Roh perbuatannya.

Secara garis besarnya, saya menulis secuil kisah yang bercerita, tentang bagaimana sulitnya merdeka bahkan dalam berpikirpun sulit hingga di masa sekarang.

Semoga bermanfaat untuk generasi mendatang dan dapat diterima dengan pikiran yang lebih terbuka.

Saat agama bukan lagi tempat yang menghubungkan antara manusia dengan Tuhan Semesta Alam tetapi alat untuk mencengkram Jiwa Manusia, sehingga otak Manusia lebih mudah diprogram, sesuai doktrin yang telah disiapkan.

Salam Perubahan

Tertanda

Sha Mantha

Menumbuhkan Padi dengan Limbah Organik

 

Ditulis oleh Editor


In Frame Sha Mantha 




Negara Swasembada pangan, tersisa cerita usang, saat Pemerintah Indonesia, masih mengimpor jutaan ton beras setiap tahunnya untuk pemenuhan kebutuhan pokok warganya.

Masyarakat kita yang masih belum makan jika belum makan nasi.

Bergantung sepenuhnya pada Petani Padi, dalam pemenuhan kebutuhan pokok setiap harinya.


 

Kelompok Petani Padi di wilayah Kab. Tulang Bawang Prov. Lampung Utara 


 

Dengan jumlah kebutuhan pokok yang terus bertambah disertai penyempitan lahan pertanian.

Lantas, masih adakah jalan untuk memaksimalkan produksi Padi namun tetap menjaga kualitas tanah dengan keanekaragaman hayatinya?


 

Uji Coba 1/4 hektar lahan oleh Kelompok Petani Padi di Wilayah Kab. Tulang Bawang, Prov. Lampung Utara 



1/4 lahan Pertanian Padi di wilayah, Tulang Bawang Prov. Lampung Utara, Indonesia

Yang semula menggunakan pupuk kimia 150kg; hanya mampu menghasilkan 1-1 yaitu sekitar 5 Ton beras.

Petani Padi di wilayah ini kemudian mencoba metode dari kami untuk peternakan sawahnya.

Dengan cara menggunakan sampah organik, berupa;

*Kohe Sapi Segar

* Batang pisang

* Daun dan sampah Pertanian yang diperoleh di sekitar, kemudian

* Di campur dengan Teknologi Bio Compound yang dikombinasikan dengan media tanam dalam melakukan percobaan

Hasilnya diluar ekspetasi!!

Setelah menggunakan bahan organik sebagai media pertumbuhan.

1/4 hektar lahan, mampu menghasilkan 3-4 Ton beras.

INDIKATOR

  Di Tulis oleh Editor  In Frame Sha Mantha                                     Photo Taken by Ruang Kosong 303        Adakah dari Rakyat te...